Seni Berdakwah Di Dunia Maya

[Oleh-oleh Seminar Internet Ethics, Ahad, 26 Januari 2014 di Ibnu Hajar Boarding School] pemateri : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, MA.

Keramahan di Tengah Kepedihan Perang di Suriah

Sejak zaman jahiliyyah, bangsa Arab sudah dikenal sebagai bangsa yang suka memuliakan tamu. Hingga kini, ketika tim relawanPeduli Muslim datang ke Suriah negara yang penduduknya dari bangsa Arab.

Adab Makan Penuh Barokah (2)

Keenam: Tidak menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai.

Ketemu @wifi_id Tapi belum Memiliki username dan password?

Sebagai operator layanan telekomunikasi yang berkomitmen terhadap penyediaan akses Internet broadband bagi masyarakat Indonesia, PT. Telekomunikasi Indonesia telah mencanangkan program Indonesia Digital Network (IDN) yang didalamnya termasuk pembangunan fasilitas 1 juta wifi di seluruh Indonesia yang diberi nama Indonesia WiFi atau disingkat @wifi.id. Layanan....

Thursday 3 December 2015

Syarah Hadits Arba'in An Nawawiyah Ke-2



بسم الله الرحمن الرحيم

الحديث الثاني
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَاب شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله، وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً قَالَ: صَدَقْتَ.فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِالله، وَمَلائِكَتِه، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِر، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثَ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ)


Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhu, dia berkata : “Ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, selanjutnya ia berkata, ‘Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.’ Orang itu berkata, ‘Engkau benar,’ kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang Iman’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusanNya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk’ Orang tadi berkata, ‘Engkau benar’ Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang Ihsan’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.’ Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang kiamat’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.’ selanjutnya orang itu berkata lagi,’Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan.’ Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, ‘Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu’.”
[HR.Muslim no. 8]
Pelajaran penting dari hadis ini :
1. Penjelasan mengenai baiknya akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan beliau menyempatkan waktu duduk bersama para sahabatnya, begitu juga sebaliknya mereka senantiasa duduk dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Nabi tidak memandang dirinya istimewa dan lebih di atas mereka.
2. Bolehnya para murid duduk dekat gurunya dan orang yang lebih tua dari mereka dengan syarat tidak menyia-nyiakan waktu pada saat duduk dekat seorang guru dan orang yang lebih berilmu dari guru tersebut
3. Sesungguhnya para Malaikat ‘Alaihimus Salam terkadang menampakkan diri bukan dalam bentuk aslinya. Karena Jibril datang kepada Nabi dalam bentuk seorang pemuda sebagaimana dalam hadis.
4. Bolehnya bertauriyah (menggunakan ungkapan yang dipahami oleh pendengar namun si pembicara menyembunyikan makna yang dia inginkan) berdasarkan ucapan Malaikat Jibril : Wahai Muhammad ! Sedangkan panggilan ini biasanya digunakan oleh Arab dusun (yang kurang mengenal tata krama). Dalam kesempatan ini Jibril bertauriyah seolah-olah orang menganggap beliau termasuk Arab dusun. Karena kalau itu bukan tauriyah orang yang dikenal sebagai penduduk kota tidaakan memanggil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seprti ungkapan ini (langsung memanggil nama Nabi).
5. Keutamaan islam
6. Rukun islam ada 5 perkara
7. Keutamaan shalat, dan shalat ditempatkan di awal dibandingkan rukun lain setelah 2 kalimat syahadat.
8. Motivasi untuk mendirikan shalat, dan melakukannya adalah sebuah jalan yang benar dan lurus serta shalat adalah salah satu rukun islam.
9. Sesungguhnya menunaikan zakat, puasa ramadhan dan haji ke baitullah termasuk rukun islam begitu juga rukun islam yang lain.
10. Perpindahan dari bawah menuju yang lebih tinggi, maka islam jika dikaitkan dengan iman kedudukannya di bawah iman. Karena setiap manusia biasa saja berserah diri secara zhahir, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala -yang artinya- : “Orang-orang Arab badui itu berkata : Kami telah beriman. Katakanlah : Kalian belum beriman, tetapi katakanlah : Kami telah tunduk”.( Al-Hujurat : 14 ). Akan tetapi keimanan -Yaa Allah tetapkanlah keimanan kami- bukan perkara yang mudah, karena tempatnya di hati dan menciptakan sebuah keimanan yang benar sangat sulit.
11. Sesungguhnya islam berbeda dengan iman, karena Jibril ‘Alaihis Salam berkata : “Ajarkan aku tentang islam” dan juga : “Ajarkan aku tentang iman”. Dan ini menunjukkan adanya perbedaan.
12. Rukun iman ada 6 perkara, dan rukun ini menciptakan sebuah tuntuan kuat agar ta’at dan takut kepada Allah Azza Wa Jalla.
13. Orang yang mengingkari satu saja dari keenam rukun ini maka dia berada di jurang kekufuran, karena sama saja mendustai informasi dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
14. Menetapkan adanya wujud malaikat, dan wajib beriman kepadanya
15. Wajib beriman kepada seluruh para Rasul, seandainya ada orang yang beriman kepada seorang Rasul namun ia juga mengingkari Rasul lainnya maka hakikatnya ia tidak beriman kepada Rasul yang ia imani tadi, bahkan ia berada di tepi jurang kekufuran. Bacalah firman Allah ‘Azza Wa Jalla -yang artinya- : “Kaum Nuh telah mendustakan seluruh Rasul “.(As-Syu’ara : 105).
16. Menetapkan hari akhir yaitu kiamat yang akan menjadi tempat berkumpulnya manusia untuk bertanggungjawab dan balasan, di mana pada akhirnya penduduk surga akan berada di dalamnya, da penduduk neraka pun berada di dalamnya
17. Beriman kepada takdir yang baik dan buruk. Dan beriman kepada takdir merupakan medan pertempuran besar dari zaman sahabat sampai zaman kita ini.
18. Di dalam takdir tidak terdapat keburukan, sesungguhnya keburukan hanya terdapat pada objek takdir tersebut. Penjelasannya adalah bahwa takdir jika terkait dengan perbuatan Allah maka seluruhnya baik sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Dan keburukan tidak disandarkan kepada-Mu“(H.R Muslim). Maka ketentuan  Allah tidak akan terdapat keburukan selamanya, karena berasal dari rahmat dan hikmah-Nya. Sebab keburukan murni tidaklah terjadi kecuali dari munculnya kejahatan, sedangkan Allah subhanahu Wata’ala Zat Yang Maha Baik dan Maha Kekal.
19. Terjadinya kiamat tidak ada seorang pun yang tahu kecuali Allah Azza Wa Jalla, karena pada saat Rasul yang paling utama dari kalangan Malaikat (Jibril) bertanya kepada Rasul yang paling utama dari kalangan manusia tentang terjadinya kiamat, beliau (Nabi) menjawab : “Tidaklah yang ditanya lebih tahu dari yang bertanya (sama-sama tidak tahu)“.
20. Besarnya perkara kiamat, sehingga datang tanda-tandanya. Semua itu agar manusia memiliki persiapan menyongsongnya -semoga Allah memberikan anugerah kepada kami dan kalian persiapan yang baik dalam menghadapinya-.
21. Pada saat kita tidak mengetahui hakikat sesuatu maka kita mencari tanda-tanda hakikatnya. Karena Jibril ‘Alaihis Salam berkata : “Ajarkan saya tanda-tandanya“.
22. Permisalan yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Budak wanita melahirkan tuan puterinya“. Dalam riwayat yang lain “Melahirkan majikan puteranya“. Dan permisalan kedua : “Engkau melihat orang-orang tanpa alas kaki, bertelanjang dada dan miskin berlomba-lomba meninggikan bangunan.”
23. Sesungguhnya malaikat berjalan apabila mereka berubah wujud menjadi manusia, sebagaimana ucapan ‘Umar : “kemudian ia berlalu“.
24. Pertanyaan seorang guru kepada murid-muridnya terhadap perkara yang belum diketahui mereka, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Apakah kalian tahu siapa yang bertanya ?“.
25. Orang yang bertanya (orang ke-1) tentang ilmu menjadi seorang pengajar bagi orang yang mendengar jawaban ( orang ke-3) dari yang ditanya (orang ke-2). Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : ‘Sesungguhnya dia adlah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian“. Padahal yang mengajarkan agama kepada para sahabat adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun tatkala pertanyaan Jibril menjadi sebab, maka dialah yang menjadi pengajar.
26. Poin yang disebutkan di hadits ini adalah agama, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Dia mengajrkan agama kalian “. Akan tetapi tidak secara terperinci namun secara umum.
Terjemahan ini untuk mempermudah pemahaman bagi pemula. Sehingga tidak semuanya diterjemahkan karena sulit dipahamai bagi pemula. Oleh karena itu silahkan merujuk kitab asli bagi yang sudah mampu berbahasa arab
Wallaahu a'lam,
Referensi : Maktabah As syamilah (diamil dari kitab "Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyah" – Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)
Penerjemah : Ustadz Yunusallan


Tuesday 1 December 2015

Syarah Hadits Arba'in An Nawawiyah Ke-1



بسم الله الرحمن الرحيم

الحديث الأول
(عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ تعالى عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوله فَهِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَرَسُوله، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَو امْرأَة يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ)
 رواه البخاري  ومسلم

1. هذا الحديث أحد الأحاديث التي عليها مدار الإسلام
2.  أنه يجب تمييز العبادات بعضها عن بعض، والعبادات عن المعاملات لقول النبي صلى الله عليه وسلم: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
3. الحثّ على الإخلاص لله عزّ وجل
4. حسن تعليم النبي صلى الله عليه وسلم وذلك بتنويع الكلام وتقسيم الكلام، لأنه قال: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وهذا للعمل وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى وهذا للمعمول له.
5. أن الهجرة هي من الأعمال الصالحة لأنها يقصد بها الله ورسوله، وكل عمل يقصد به الله ورسوله فإنه من الأعمال الصالحة لأنك قصدت التقرّب إلى الله والتقرب إلى الله هو العبادة


HADITS PERTAMA :

Dari amirul mukminin Abi Hafs Umar bin Al-khaththab Radhiallahu Ta'ala 'Anhu beliau berkata : "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Sesungguhnya amal tergantung pada niat dan seseorang akan diberikan ganjaran sesuai dengan niatnya. Maka barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-nya. Dan barang siapa hijrahnya karena dunia atau wanita yang hendak ia nikahi. Maka hijrahnya sesuai apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari Muslim).

Pelajaran Penting dari Hadits ini :
  1. Hadits ini salah satu poros islam.
  2. Wajib membedakan ibadah satu dengan yang lainnya. Begitu juga wajib membedakan ibadah dengan mu'amalah berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam : "sesungguhnya amal tergantung niat".
  3. Motivasi untuk ikhlas (dalam beramal) hanya untuk Allah 'Azza Wa Jalla
  4. Baiknya metode pengajaran Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dengan menjadikan sebuah kalimat memiliki variasi ungkapan dan memiliki makna tersendiri dalam setiap uraian. Hal tersebut ditunjukkan dalam sabda beliau : "Sesungguhnya amal tergantung niatnya" maka ini terkait aktifitas perbuatan. Dan sabda beliau berikutnya "Sesungguh setiap orang mendapatkan balasan sesuai yang ia niatkan", maka ini terkait apa yang diperbuat atau objek dari perbuatan tersebut.
  5. Sesungguhnya hijrah adalah bentuk amal shalih, karena tujuan akhirnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan setiap amal yang dimaksudkan untuk Allah dan Rasul-Nya maka masuk kategori amal shalih. Karena engkau bermaksud mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan mendekatkan diri kepada Allah disebut ibadah.

Terjemahan ini untuk mempermudah pemahaman bagi pemula. Sehingga tidak semuanya diterjemahkan karena sulit dipahamai bagi pemula. Oleh karena itu silahkan merujuk kitab asli bagi yang sudah mampu berbahasa arab


Wallaahu a'lam, 


Referensi : Maktabah As syamilah (diamil dari kitab "Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyah" – Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)

Penerjemah : Ustadz Yunusallan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More