Seni Berdakwah Di Dunia Maya

[Oleh-oleh Seminar Internet Ethics, Ahad, 26 Januari 2014 di Ibnu Hajar Boarding School] pemateri : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, MA.

Keramahan di Tengah Kepedihan Perang di Suriah

Sejak zaman jahiliyyah, bangsa Arab sudah dikenal sebagai bangsa yang suka memuliakan tamu. Hingga kini, ketika tim relawanPeduli Muslim datang ke Suriah negara yang penduduknya dari bangsa Arab.

Adab Makan Penuh Barokah (2)

Keenam: Tidak menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai.

Ketemu @wifi_id Tapi belum Memiliki username dan password?

Sebagai operator layanan telekomunikasi yang berkomitmen terhadap penyediaan akses Internet broadband bagi masyarakat Indonesia, PT. Telekomunikasi Indonesia telah mencanangkan program Indonesia Digital Network (IDN) yang didalamnya termasuk pembangunan fasilitas 1 juta wifi di seluruh Indonesia yang diberi nama Indonesia WiFi atau disingkat @wifi.id. Layanan....

Wednesday 3 December 2014

Ngobrol Dengan Nasrani (6)


Diantara yang saya obrolkan dengan lelaki nasrani di kereta SANCAKA SORE seputar banyaknya tokoh muslim yang krupsi. Banyak pejabat muslim yang nota bene adalah ahli agama, namun akhir dari karirnya mendekam di penjara karena korupsi. Demikian lelaki nasrani itu mengeluhkan sebagian dari bobroknya negri ini, akibat dari merajalelanya praktek korupsi.
Nampaknya, lelaki itu tidak lagi mampu menguasai emosinya, sehingga ia lebih lugas mengutarakan pandangannya yang negatif tehadap Islam dan ummatnya.
Mendengar serangan yang sangat menohok ini, saya berusaha untuk tetap tenang dan menguasai emosi saya, hingga lelaki itu benar-benar meluapkan isi hatinya dan selesai dari ucapannya.
Menanggapi serangan balik dari lelaki itu, saya mulai menyusun jawaban dari yang paling ringan dan simpel. Saya berkata kepadanya: pak, apa yang bapak utarakan benar adanya, saya tidak memungkiri apalagi membela diri. Namun bapak perlu menyadari bahwa apa yang bapak utarakan di atas adalah bagian dari konsekwensi bapak tinggal di negri dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam.
Bila bapak ingin mengetahui dan merasakan bagaimana hidup di negri yang korptor dan penjahatnya dari ummat nasrani, maka silahkan tinggal di negri yang penduduknya didominasi oleh ummat Nasrani. DI sana bapak pasti mendapatkan bahwa kebanyakan koruptor dan penjahatnya dari ummat nasrani dan bukan dari ummat Islam.
Dari sisi lain, bapak juga harus sadar bahwa kebanyakan pejuang atau pahlawan dan orang-orang baik di negri ini juga dari umat Islam, bukan dari ummat Nasrani.
Fakta ini mengahruskan kita berpikir bijak dan adil serta jauh dari emosi pribadi yang menyebabkan kita berpikir sempit. Karena itu, menurut saya agama kita tidaklah mengajarkan ummatnya untuk berbuat jahat, hanya saja dari ummat islam sebagaimana juga ummat nasrani ada oknum oknum yang berbuat jahat.
Perilaku oknum ummat Islam bukanlah cermin apalagi mewakili agama Islam. Sebagaimana perilaku ummat nasrani belum tentu mencerminkan atau mewakili ajaran nasrani. Sebagai contohnya: sebatas yang saya ketahui, tuhan yang bapak sembah yaitu Yesus atau menurut kami adalah nabi Isa alaihissalam berjenggot lebat. Paling kurang demikianlah yang tergambar pada berbagai patung atau poster Yesus.
Namun demikian, saya heran mengapa ummat nasrani di berbagai belahan dunia tidak berjenggot. Kondisi ini menjadikan saya bernya tanya: ada apa, mungkinkah ummat nasrani tidak meneladani tuhannya ataukah tuhannya yang salah dalam berpenampilan.
Dari sisi lain, bapak juga harus memahami bahwa Islam diturunkan agar menjadi pedoman hidup ummat manusia yang harus diamalkan secara sadar bukan dengan paksaan. Karena itu manusia dibekali dengan akal sehat agar dapat memahami,memikirkan dan membandingkan.
Dengan demikian ummat manusia dapat membedakan antara yang baik dari yang buruk, dan selajutnya memilih yang baik dan menjauhi yang buruk. Adapun bila masih tetap ada orang yang memilih perilaku buruk maka islam juga telah memiliki berbagai solusinya. Pencuri di potong tangannya, pembunuh dibalas dengan dibunuh, dan demikian seterusnya. Dan kelak di akhirat Allah menyiapkan siksa di neraka sebagai balasan atas amalan buruknya.
Apa yang bapak utarakan sejatinya adalah bagian dari keindahan Islam yang tidak mengenal kultus atau fanatik buta. Siapapun yang berbuat jahat maka ia harus menanggung akibat dari ulahnya. Karena itu dahulu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

( إنما أهلك الذين قبلكم أنهم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليه الحد وايم الله لو أن فاطمة بنت محمد سرقت لقطعت يدها )


Sejatinya yang menyebabkan ummat-ummat sebelum kalian mengalami kehancuran ialah sikap mereka yang pilih kasih. Bila yang mencuri adalah orang terhormat alias bangsawan maka mereka membiarkannya. Namun bila yang mencuri adalah rakyat jelata, maka menerak menegakkan hukum pidana kepadanya. Sungguh demi Allah, andai Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya. (Muttafaqun ‘alaih)
Mendengar jawaban saya ini lelaki itu berkata: benar, saat ini yang ada adalah pilih kasih dan perilaku yang berstandar ganda. Akibatnya terjadi kekacauan dan hilangnya kepastian hukum di negri ini.
Sobatku! Sejatinya masih banyak tema yang saya bicarakan dengan lelaki nasrani itu. Kami berdiskusi sejak dari stasiun Solo Balapan Hingga tiba di stasiun Gubeng, sekitar 4,5 jam lamanya. Namun karena berbagai hal, maka saya cukupkan sampai di sini saja yang perlu saya ceritakan, semoga pengalaman saya ini bermanfaat bagi antum sekalian, dan semoga Allah Ta’ala melimpahkan istiqamah dan husnul khatimah kepada kita semua, amiin.

Selesai........

Ngobrol Dengan Nasrani (5)



Diantara tema pembicaraan yang saya bicarakan dengan teman duduk seorang nasrani di kereta SANCAKA SORE ialah tentang pendidikan anak.
Bapak tersebut menceritakan perihal pengalaman hidupnya yang hanya lulusan sekolah dasar, namun untuk urusan kemampuan inteligensi dan pengetahuannya tidak kalah dengan lulusan perguruan tinggi. Bahkan pada prakteknya, ketika mengerjakan proyek pengerjaan elevator, sering kali ia mampu mengerjakan dan menyelesaikan masalah masalah yang tidak dapat dilakukan oleh seorang sarjana.
Ia menuturkan bahwa dirinya memiliki keuletan, dan semangat bekerja yang tetap berkobar walau telah berkepala enam alias berumur lebih dari enam puluh tahun. Ia memulai bisnisnya dari nol, diawali dari seorang kuli yang haus akan pengalaman dan penuh dengan rasa ingin tahu.
Ia mengeluhkan pendidikan kondisi anak muda zaman sekarang yang cengeng, lemah mental namun banyak bertingkah ( sok hebat ).
Setelah sekian banyak bercwrita tentang perjalanan hidupnya mencari pengalaman dan pengetahuan, dan saya hanya mendengarkan dan sesekali menimpalinya, maka tiba saatnya saya berkomentar.
Saya memulai komentar saya dengan berkata : pendidikan yang ada saat ini lebih menekankan pada pengembangan pengetahuan semata. Adapun pendidikan perilaku apalagi moral ( akhlaq ) maka benar benar jauh dari dunia pendidikan kita saat ini.
Bahkan kebanyakan orang tua saat ini tanpa sadar menjadikan anak anaknya menjadi seperti yang bapak sampaikan, malas, lemah mental dan hidup foya foya.
Banyak orang tua yang berkata kepada anaknya; nak, kamu fokus belajar saja, ndak usah ikut bekerja bersama ayah atau ibu. Ayah atau ibu lebih bangga bila engkau mendapat nilai 100 dibanding bisa masak atau menanam atau ikut menjaga toko atau mengerjakan pekerjaan ini dan itu.
Banyak orang tua beranggapan bahwa masa depan anaknya akan moncer bila anaknya selalu mendapatkan nilai 100 di sekolahnya.
Pemikiran semacam ini menurut hemat saya menyelisihi fakta, karena untuk urusn masa depan alias pekerjaan apalagi penghasilan tidak identik dengan pendidikan. Betapa banyak orang yang rendah pendidikannya atau lemah ketika sekolah, namun berkat keuletan dan semangat kerjanya yang bak baja "sukses" menjadi orang kaya raya.
Fakta membuktikan bahwa urusan rejeki adalah urusan karunia Allah, bukan urusan pendidikan. Karena itu makhluq makhluq lain seperti burung misalnya, tidak pernah menempuh pendidikan namun hidup bahagia. Bahkan burung sering kali dijadikan simbul sukses manusia; betapa banyak manusia yang merasa bahwa di antara indikator orang sukses ialah bila telah mampu memiliki beraneka ragam burung yang mampu berkicau bagus. Mungkinkah manusia kalah dengan burung?
Burung di pagi hari riang gembira, karena itu biasnya burung burung berkicau di pagi hari, dan ketika matahari telah mulai terik semua burung diam dan sibuk bekerja mencari makan. Dan bila sore hari telah tiba, maka kembali burung berkicau riang sebagai gambaran akan rasa syukur dan kepuasan dengan apa yang telah mereka dapatkan.
Setahu saya juga tidak ada burung yang membuat lumbung atau menimbun. Sebagaimana tidak ada burung yang memakan makanan burung lainnya. Hng makanannya biji bijian, maka tidak akan makan pisang, dan yang makanannya pisang tidak akan memakan madu bunga dan demikian seterusnya.
Dan bila malam hari tiba semua burung beristirahat , tidak bekerja dan tidak pula berkicau. Setahu saya hanya burung "HANTU" yang bekerja di malam hari.
Kondisi ini sangat berbeda dengan manusia, betapa banyak manusia yang bekeja lembur, siang berlanjut malam. Walau demikian tetap saja merasa belum cukup, pesimis terhadap masa depan, sehingga perlu mengikuti berbagai program asuransi, dan banyak yang menghalalkan segala macam cara untuk mengeruk penghasilan lalu menimbunnya.
Betapa banyak manusia yang menghalalkan segala macam cara untuk mengetuk pendapatan, termasuk merebut hak orang lain. Walau demikian kita masih merasa kekurangan dan dirundung kekawatiran akan hari esok. Karena itu, nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memotifasi ummat Islam dengan bersabda:

لو أنكم تتوكلون على الله حق توكله، لرزقكم كما يرزق الطير، تغدو خماصا وتروح بطانا 

Jikalau kalian benar benar bertawakkal (berserah diri) kepada Allah, niscaya Allah melimpahkan rejeki kepadamu sebagaimana Allah memberikan rejeki kepada burung, yang di pagi hari keluar dari sangkarnya dalam kondisi lapar dan di sore hari pulang lagi ke sangkarnya dalam kondisi kenyang. ( Ahmad dll )
Karena itu, untuk urusan pendidikan, sepatutnya kita meluaskan arti pendidikan kita, sehingga mencakup pendidikan mental, kecerdasan pikiran alias ilmu pengethuan dan juga kecakapan perilaku, dan tidak kalah penting mencakup pendidikan idiologi atau iman.
Dikisahkan bahwa suatu hari ada seorang wanita di depan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memanggil putranya, dengan berkata: nak, kemarilah, aku akan memberimu sesuatu.
Mendengar panggilan wanita itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada wanita itu: apa yang hendak engkau berikan kepadanya? Wanita itu menjawab: aku hendak memberinya sebiji kurman. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menimpali jawaban wanita itu dengan bersabda:

أما إنك لو لم تفعلي كتبت عليك كذبة
Ketahuilah bahwa: jika engkau tidak memberinya apapun, maka ucapanmu ini telah dicatat sebagai satu kedustaan. ( Ahmad dan lainnya )
Di negri kita, bahkan di keluarga kita, pendidikan hanya dikaitkan dengan ilmu pengetahuan semata. Adapaun moral. Akhlaq, apalagi keimanan benar benar telah di abaikan. Maka itu lahirlah generasi seperti yang bapak keluhkan.
Berkaitan dengan pekerjaan, islam mengajarkan bahwa kita harus bersikap mulia dan produktif, sehingga mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan bahkan mampu menyantuni orang lain. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لَأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ، فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ، فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنَ النَّاسِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا، أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ، فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

Bila Engkau pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar lalu engkau memikulnya, dan dari hasil penjualannya engkau bersedekah dan tentunya mencukupi kebutuhanmu sendiri sehingga tidak butuh kepada uluran tangan orang lain, maka itu lebih baik dari pada engkau meminta minta kepada orang lain, baik orang itu memberimu atau menolak permintaanmu. Sejatinya tangan yang berada di atas lebih baik dibanding tangan yang di bawah. Dan untuk urusan nafkah, maka mulailah dari orang yang menjadi tanggung jawabmu. ( Muttafaqun alaih)

Bersambung ....

Sumber : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri

Ngobrol Dengan Nasrani (4)


Diantara yang saya bicarakan dengan bapak tua nasrani di kereta SANCAKA SORE selama perjalanan dari Solo menuju ke Surabaya ialah berbagai masalah tentang ekonomi.
Bapak itu memperkenalkan dirinya sebagai seorang pengusaha elevator, karena itu tema seputar perdagangan tidak luput dari pembicaraan kami berdua. Ia menyatakan bahwa pemerintah kita gagal dalam membangun perekonomian, sehingga produk dalam negri banyak yang gulung tikar hingga akhirnya kebanyak produsen kita beralih status sebagai pedagang atau agen produk luar negri alias importir saja.
Pasar kita dibanjiri oleh produk produk murahan dari negri tirai bambu dan lainnya, menggantikan produk produk bermutu yang dihasilkan oleh anak bangsa.
Mendengar penuturan bapak tadi, saya menimpalinya dengan berkata, benar pak, perekonomian kita maju pesat, padahal negara negara maju saat ini sedang limbung perekonomiannya. Akibatnya banyak perusahaan dan investor mereka yang berbondong bondong ke negri kita.
Kehadiran investor asing dan produk asing benar benar menjadi ancaman bagi kita, karena fundamental perekonomian kita rapuh. Dan menurut hemat saya ada beberapa faktor yang menjadikan kita mengalami hal ini:
1) idiologi kita rapuh, yang mengakibatkan masyarakat kita tidak loyal kepada produk negara sendiri. Alih alih loyal, masyarakat kita masih bermental bangsa terjajah, merasa bangga bila menggunakan produk luar negri dan sebaliknya risih alias kurang pede atau rendah diri bila menggunakan produk dalam negri.
2) Banyak pengusaha kita yang tergiur untuk ekspor luar negri, sedangkan pasar dalam negri belum ia optimalkan. Karena itu ketika pasar luar negri mengalami kelesuan, maka pengusaha kita banyak yang tumbang, karena di dalam belum kuat dn di luar lesu. Sedangkan pengusaha luar negri telah mencapai titik jenuh di dalam negrinya sana, baru menggarap pasar luar negri. Akibatnya mereka berpesta dengan pasar kita sedangkan kita harus tersingkir di negri sendiri.
3) Negara kita terus berupaya menyetabilkan nilai tukar dolar, sedangkan negara barat tidak terlalu terbebani dengan masalah krus nilai tukar dolar. Padahal sektor keuangan inilah sejatinya yang selama ini menjadi beban bagi perekonomian kita. Krisis ekonomi 1997-1998 menjadi buktinya. Produksi bagus, dan konsumsi masyarakat bagus namun perekonomian negara kita hancur, akibat dari rapuhnya dunia perbankan kita.
Karena itu dalam sistem ekonomi Islam, sektor keuangan, jual beli mata uang diwaspadai dan harus mengikuti persyaratan yang sangat ketat, karena berlaku padanya hukum hukum riba.
Pertukaran valuta asing dalam islam harus dilakukan secara tunai dan benar benar terjadi serah terima fisik, bukan sekedar simbolik. Dengan demikian mata uang tetap berada pada perannya yang sejati yaitu sebagai alat transaksi dan bukan sebagai obyek transasksi. Mata uang dalam sistem ekonomi islam berperan sebagai pelicin perekonomian agar dapat berputar dengan mudah, sedangkan obyek ekonomi yang sebenarnya ialah barang dan jasa.
Namun kini masyarakat kita telh menjadikan sarana ekonomi yaitu mata uang sebagai obyek ekonomi yang diperdagangkan dengan bebas. Sehingga perputaran uang melebihi kebutuhan dan melebihi perputaran barang dan jasa. Akibatnya terjadilah kekacauan ekonomi, yang kaya semakin kaya sedangkan yang kecil terus bertambah kecil.
Karena itu banyak pengusaha besar yang berlomba lomba mendirikan atau memiliki bank, guna mengumpulkan dana masyarakat. Dan bila dana masyarakat telah terkumpul di banknya, para pengusaha tersebut dapat menggunakannya untuk membeli kekayaan/aset masyarakat, yang kemudin dijual ulang kepada masyarakat, dan demikian seterusnya.
Para pengusaha kelas "paus" tersebut melalui bank-nya dapat mengumpulkan dana segar bermilyar milyar bahkan bertrilyun trilyun rupiah yang tentunya dapat mereka gunakan untuk membiayai usaha mereka. Sedangkan masyarakat yang banting tulang dan peras keringat harus merasa puas hanya dengan mendapatkan buku tabungan dan kartu ATM.
Inilah sekelumit kejamnya sistem ekonomi kapitalis yang kita jalani saat ini. Dan sistem semacam inilah yang dimaksudkan dan diperangi pada ayat berikut :
كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنكُمْ
Agar harta kekayaan itu tidak hanya berputar diantara orang orang kaya dari kalian saja. ( Al Hasyer 7)
Mendengar jawaban saya ini, bapak tersebut sidikit terkejut, dan segera mengalihkan pembicaraan ke tema lainnya.

Bersambung ....

Ngobrol Dengan Nasrani (3)


Diantara hal yang diutarakan oleh lelaki nasrani tersebut kepada saya ialah perihal pilihannya beragama nasrani. Menurut penuturannya, ia telah berpindah pindah dari satu agama ke agama lain, dari hindu ke islam,lalu ke nasrani,ndan katanya ia hanya mendapatkan hatinya di agama nasrani.
Akunya, Selama mencoba beragama hindu dan islam ia sama tidak merasakan adanya ketenangan dalam dirinya alias jiwanya tetap merasa hampa,mhingga ia merasa mantap beragama nasrani.
Saya mendengarkan penuturannya hingga ia selesai bercerita dengan sesekali menimpalinya dengan berkata: oooo, demikian ya pak?
Setelah ia selesai menceritakan pengalamannya berpindah pindah agama, giliran saya berkomentar.
Hal pertama yang saya ucapkan kepadanya adalah: pak, untuk urusan agama dan keyakinan bukan sekedar mantap, atau ketenangan, namun lebih pada urusan HIDAYAH alias PETUNJUK.
Karena itu sebaliknya juga banyak, betapa banyak orang nasrani yang berpindah agama ke islam dan mengaku bahwa selama pengalamannya menganut nasrani ia sama sekali tidak merasakan kedamaian dan selalu dalam kegersangan, hingga akhirnya Allah membuka pintu hatinya untuk memeluk Islam, dan akhirnya ia merasakan kedamaian.
Jadi kalau selama "mencoba" beragama islam bapak merasa tetap hampa, maka itu sejatinya Allah belum memberi hidayah atau belum membuka pintu hati bapak.
Karena bapak pasti menyadari bahwa agama kita sama sama disebut dengan agama samawi, alias berasalkan dari langit, alias bersumber dari Allah. Dengan demikian yang kuasa memberi hidayah atau membuka pintu hati adalah Allah. Berbeda dengan agama lainnya, yang berasalkan dari logika dan pengalaman pendirinya.
Diantara buktinya, dalam agama saya Islam, dan saya yakin dalam agama bapak juga sama, kita diajarkan untuk selalu berdoa memohon petunjuk alias hidayah kepada Allah. Andai urusan agama bergantung pada kenyamanan atau ketenangan semata, maka apalah artinya kita diajarkan untuk selalu berdoa memohon petunjuk kepada Allah?
Ditambah lagi, tidak merasakan ketenangan banyak faktornya, diantaranya karena bapak belum memahami seutuhnya agama yang bapak anut dengan sebenarnya. Betapa banyak orang yang beragama hanya mengenal lahirnya alias kulitnya namun belum memahaminya secara utuh, apalagi mengamalkannya secara sempurna.
Karena itu dalam Al Qur'an, kitab suci kami, ada perintah agar kita masuk alias menjalankan agama Islam secara menyeluruh.
(ادخلوا في السلم كافة)
Masuklah engkau semua ke dalam islam secara menyeluruh.
Agama saya, yaitu Islam bukan hanya mengatur urusan ibadah, namun seluruh aspek kehidupan kita juga diatur. Bahkan ayat terpanjang dalam kitab suci kami bukan yang mengatur urusan ibadah praktis, namun ayat yang berkaitan dengan aturan hutang piutang dan bagaimana tata cara membuat alat bukti.
Selanjutnya untuk menyisipkan pesan pada diri bapak itu, saya bertanya kepada bapak itu, dengan berkata: oh iya pak, bagaimana dengan agama nasrani, adakah aturan tentang perniagaan, rumah tangga, hukum pidana atau perdata?
Saya bertanya demikian, karena saya tahu bahwa dalam agama nasrani tidak ada aturan tentang aspek aspek kehidupan di atas.
Nampaknya bapak itu tidak menduga akan saya tanya demikian, sehingga ia agak terkejut' sehingga kikuk menjawab pertanyaan saya. Ia hanya menjawab: oo ya tentu saja ada. Padahal nyatanya -sebatas yang saya pelajari- tidak ada satu ayatpun dalam kitab Injil atau Taurat ( perjanjian baru atau lama) yang mengatur urusan urusan tersebut.

Bersambung ....

Ngobrol Dengan Nasrani (2)


Diantara pembicaraan yang berlangsung antara saya dengan lelaki nasrani di kereta SANCAKA SORE adalah masalah Syi'ah.
Karena saya secara terencana berusaha menyusupkan pesan pesan dakwah dalam pembicaraan saya, maka nampaknya bapak tersebut ingin melakukan hal yang sama kepada saya. Karena itu dia menanyakan perihal PERPECAHn yang terjadi di tengah tengah ummat Islam. Ada sekte AHMADIYAH dan juga ada sekte SYI'AH yang terus menimbulkan keributan di tengah tengah ummat Islam.
Mendapat pertanyaan semacam ini saya merasa dibukakan kesempatan lain untuk menitipkan pesan pada diri bapak tersebut.
Saya memulai jawaban dengan berkata: oo, masalah ini adalah masalah yang biasa terjadi di setiap ummat. Dan kondisi serupa terjadi pula pada ummat nasrani, ada ortodok, ada protestan dan ada pula sekte YEHUWA.
Sebagaimana ummat nasrani meyakini kesesatan sekte YEHUWA, maka demikian pula ummat islam meyakini kesesatan sekte AHMADIYAH DAN SYI'AH.
Sekte YEHUWA meyakini bahwa YESUS adalah manusia biasa, ia adalah seorang nabi bedanya menurut YEHUWA nabi isa adalah nabi terakhir, sedangkan kami UMMAT ISLAM meyakini bahwa nabi terakhir adalah NABI MUHAMMAD ALAIHISSALAM. YEHUWA juga meyakini bahwa Isa bukan tuhan, dan bukan pula anak tuhan. Mereka juga meyakini bahwa babi adalah haram, NYANYIAN GEREJ bukan ajaran nabi Isa, dan idiologi salib sesat karena nabi Isa alaihissalam tidak pernah dibunuh namu diangkat ke langit.
Sekte AHMADIYAH juga demikian halnya, mereka sesat karena meyakini bahwa mirza ghulam ahmad adalah nabi setelah nabi MUHAMMAD ALAIHISSALAM. Karena itu di negara asalnya, yaitu INDIA, PAKISTAN dan sekitarnya AHMADIYAH dianggap sebagai agama sendiri.
Sedangkan di negara kita ahmadiyah masih digolongkan sebagai bagian dari ummat ISLAM. inilah sejatinya yang menjadikan ummat Islam resah dan akhirnya timbul kerusuhan, karena idiologi ahmadiyah nyata nyata menyimpang dan menodai ajaran agama Islam.
Adapun SYI'Ah, maka mereka juga sekte menyimpang, karena meyakini bahwa sejatinya yang berhak menjadi nabi adalah ALI BIN ABI THOLIB. Menurut mereka malaikat Jibril Salah menyampaikan wahyu sehingga akhirnya nabi Muhammad yang menjadi nabi.
Sebagaimana sekte syi'ah juga meyakini bahwa keluarga nabi dan sahabat sahabatnya telah berkhianat dan keluar dari agama Islam. Karena terlalu jauh penyimpangan idiologi Syi'ah, maka wajar bila keberadaan mereka di tengah tengah ummat Islam selalu menimbulkan keresahan.
Kalau ummat nasrani termasuk bapak meyakini bahwa sekte YEHUWA sesat karena alasan perbedaan yang sangat jauh dalam urusan idiologi maka alasan itu pula y ang mendasari kami "ummat Islam" meyakini bahwa ahmadiyah dan syi'ah sesat.
Mendengar jawaban saya ini, bapak tadi segera berusaha mengalihkan pembicaraan ke tema lain. Bagi saya berganti tema pembicaraan tidak ada masalah karena menurut hemat saya, berbagai pesan telah berhasil saya sisipkan ke pikirannya. Semoga Allah membuka pintu hatinya untuka menerima hidayah.

Bersambung ....

Ngobrol Dengan Nasrani (1)


Suatu hari di pejalanan pulang dari SOLO ke SURABAYA dengan kereta SANCAKA SORE, saya duduk di sebelah seorang nasrani.
Setelah duduk, saya segera menyapa bapak tersebut. Betapa terkejutnya dia, disapa oleh seorang laki laki berjenggot celana cingkrang.
Saya berusaha terus ngobrol dengannya, hingga akhirnya suasana pembicaraan benar benar cair dan ia mengaku bahwa ia beragama nasrani.
Pembicaraan kami berdua berlangsung sejak dari stasiun balapan solo dan baru berakhir di stasiun Gubeng surabaya.
Banyak hal yang kami bicarakan dan tentunya masalah agama dan idiologi.
Diantara yang ia sampai kepada saya adalah keterkejutan dirinya disapa oleh lelaki berjenggot dan celana cingkrang.
Dan sayapun menjelaskan bahwa agama islam mengajarkan ummat ya untuk berbuat baik kepada siapapun bahkan kepada hewan. Islam merestui ummatnya berbuat baik kepada orang kafir asalkan orang kafir itu tidak meremehkan atau melecehkan agama Islam, apalagi sampai memusuhinya.
Saya ramah dengan bapak semacam ini asalkan bapak tudak menyingguh keyakinan saya.
Diantara hal yang ia sampaikan kepada saya; adalah kekecewaannya kepada masyarakat Bali yang menyembah patung bahkan benda atau makhluk hina semisal ular dan lainnya. Menurutnya perilaku itu tidak masuk akal dan bertentangan dengan kodrat atau akal sehat manusia.
Mendengar ucapan tersebut, saya merasa mendapat kesempatan untuk mendakwahi ya. Segera saya menimpali ucapan bapak itu dengan berkata: benar pak, karena itulah saya enggan untuk pergi ke bali, walaupun sudah beberapa kali diundang untuk menyampaikan dakwah di sana.
Perilaku merek benr benar tidak masuk di akal, masak tuhan berupa benda mayi, makhluk yang hina seperti sapi, ular dan yang serupa. Bukankah hewan hewan seperti sapi bisa mati dan DIBUNUH?
Masukkah di akal tuhan bisa DIBUNUH oleh manusia? La bila tuhannya bisa dibunuh dan mati lalu siapa yang LEBIH PANTAS MENJADI TUHAN yang membunuh atau yang dibunuh?
Ucapan saya ini bertujuan MENYISIPKAN pesan kepada bapak tersebut, bahwa tuhan kok bisa mati bahkan dibunuh?
Pesan ini kembali saya tekankan ketika pembicaraan melebar hingga sampai pada tema teroris. Saya katakan kepada bapak tersebut: pak, islam tidak mengajarkan tindak anarkis atau sembarangan membunuh orang hanya karena berbeda agama atau leyakinan.
Dahulu nabi kami Nabi Muhammad shalllallahu alaihi wa sallam di madinah juga bermasyarakat dengan orang orang Yahudi.
Namun demikian saya sadar bahwa tuduhan islam mengajarkan terorisme adalah persepsi dan pendapat orang yang benci dan tidak kenal Islam, sehingga siapapun tidak mungkin bisa memaksakan mereka unuk berhenti membuat opini atau tuduhan tuduhan semacam itu.
Sejatinya bila kita pikirkan dengan baik, Kita semua harus sadar bahwa perilaku ekstrim dan anarkis seperti yang dituduhkan kepada Islam sejatinya telah terjadi sepanjang sejatah ummat manusia.
Kisah Habil dan Qabil menjadi salah satu buktinya. Bahkan tuhan yang bapak yakini yaitu Yesus, juga MENJADI KORBAN tindak anarkis. Tuhan bapak dimusuhi bahkan DIBUNUH dengan cara keji, disalib. Hingga saat ini ummat nasrani meratapi PEMBANTAIAN tuhan mereka yang dilakukan oleh ummat Yahudi.
Bila Yesus yang menurut bapak adalah TUHAN sedangkan menurut kami adalah seorang NABI saja tidak selamat dari tindak ekstrim dan anarkis, apalagi manusia biasa seperti kita ini.
Semoga pesan yang saya sisipkan dalam ingatan bapak di atas dapat membuka pintu hidayah dalam hatinya. Amiin.

Bersambung ....

Sumber : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri

Tuesday 21 October 2014

1+2+3+4+....+100=??

ada 5 buah lidi,
lidi i panjangnya 0cm,
lidi ii 1cm,
lidi iii 2cm,
lidi iv 3cm,
lidi v 4 cm.
berapa total panjangnya ?
0+1+2+3+4 = 1+2+3+4 = ??

susun kelima lidi membentuk 1/2 persegi seperti gambar di bawah
untuk membetuk persegi maka panjang masing lidi = 4cm sehingga total panjang 5 lidi =  5x4cm = 20cm
karena deret 0 + 1+ 2 + 3 + 4 membentuk 1/2 persegi maka total panjang 5 lidi = 10cm
atau berarti 1 + 2 + 3 + 4 = 10 = 1/2*(4+1)*4cm

demikian juga 1 + 2 + 3 + 4 + ...... + 100 = 1/2*(100+1)*100 = 5050




Friday 10 October 2014

Kisah Pemuda Ahli Tauhid Yang Pemberani


الحمد لله وحده ، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده ، وعلى آله وصحبه وبعد
Sebuah kisah yang buka sekedar dongeng semata, tapi sebuah kisah nyata yang Allah abadikan dalam al Quran:
قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ وَهُمْ عَلَىٰ مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.” (QS Al Buruuj: 4-6)
Dan inilah kisah tersebut diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Ada seorang raja yang berkuasa sebelum kalian. Dia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihirnya semakin tua dia berkata kepada raja: “Aku sudah tua, oleh karena itu utuslah seorang anak muda supaya aku ajarkan sihir kepadanya”.  Maka dibawalah seorang anak muda untuk diajar ilmu sihir. Di tepi jalan yang biasa dilalui oleh anak muda itu ada seorang rahib. Suatu ketika anak muda itu duduk dan mendengarkan ajaran rahib tersebut. Maka setiap kali dia berangkat ke rumah tukang sihir, dia akan singgah ke rumah rahib dan duduk sejenak di sana. (Satu kali) kerana terlambat, ketika dia sampai di rumah tukang sihir, tukang sihir itu memukulnya. Anak muda itu pun mengadukan keadaannya kepada rahib. Rahib memberi pesan: “Jika kamu takut kepada tukang sihir, katakan kepadanya bahwa keluargamu membuatmu terlambat. Dan jika kamu takut kepada keluargamu, katakan kepada mereka bahwa tukang sihir itu membuat kamu terlambat.”
Begitulah keadaannya sehingga satu ketika di mana anak muda itu mendapati orang-orang ketakutan karena seekor binatang buas yang menghalangi jalan mereka. Anak muda itu berkata: “Hari ini akan aku ketahui siapa yang sebenarnya lebih baik, tukang sihir atau rahib itu.” Lalu anak muda itu mengambil batu dan berkata: “Ya Allah, jika ajaran si-rahib lebih Engkau cintai daripada si-tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang pun dapat bebas kembali.” Kemudian dia melemparkan batu yang digenggamnya. Binatang itu mati dan orang-orang pun bebas seperti sedia kala.
Sesudah itu dia pun menceritakan kejadian itu kepada rahib. Mendengarnya, rahib berkata: “Wahai anakku, hari ini kamu lebih baik dariku. Kamu sudah sampai kepada keadaan seperti yang aku lihat sekarang ini. Satu masa nanti kamu akan dizalimi. Jika itu terjadi janganlah kamu bercerita tentang diriku.” Sejak itu anak muda tersebut mulai mengobati orang sakit kusta, orang yang matanya nyaris buta, dan pelbagai penyakit lain.
Salah seorang teman duduk raja yang telah buta mendengar tentang hal ini dan dia datang kepada anak muda tersebut sambil membawa banyak hadiah dan berkata: “Semua yang ada ini akan aku berikan kepadamu jika kamu sembuhkan diriku.” Anak muda menjawab: “Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun. Hanya Allah yang menyembuhkan. Jika Anda beriman kepada Allah, aku akan memohon kepada Allah supaya Dia menyembuhkan anda.”
Lalu teman raja itu beriman kepada Allah dan Allah menyembuhkannya. Kemudian dia pergi menghadap raja seperti biasa. Raja bertanya: “Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu?” Dia menjawab: “Tuhan-ku.” Rajanya bertanya: “Kamu mempunyai tuhan selain aku?”  Temannya menjawab: “Tuhan aku dan Tuhan kamu adalah Allah.” Maka raja mulai menyiksanya sehingga temannya itu menceritakan berkenaan anak muda tersebut.
Lalu raja memanggil anak muda tersebut dan bertanya kepadanya: “Wahai anakku, ilmu sihirmu sudah dapat menyembuhkan penyakit kusta, buta dan sebagainya.” Anak muda menjawab: “Sungguh aku tidak menyembuhkan siapa pun. Hanya Allah yang menyembuhkan.” Mendengar jawaban tersebut anak muda itu terus disiksa sampai dia menceritakan tentang keberadaan rahib (yang mengajarnya tempo hari). Lalu raja memanggil rahib dan diperintahkan: “Kembalilah dari agamamu (kepada agama aku)!” Rahib menolak perintah tersebut. Maka raja memerintah supaya diambil gergaji lalu digergaji di pangkal kepalanya sehingga putus. Kemudian raja memanggil penasihat dan diperintahkan kepadanya: “Kembalilah dari agamamu (kepada agama aku)!” Penasihat itu juga enggan, lalu digergaji pangkal kepalanya sehingga putus.
Akhirnya dipanggil anak muda dan diperintahkan kepadanya: “Kembalilah dari agamamu (kepada agama aku)!” Anak muda itu turut enggan. Maka raja memerintahkan para pengawalnya: “Bawa anak muda ini ke sebuah bukit, apabila sampai ke puncaknya tawarkan kepada dia untuk kembali dari agamanya (kepada agama aku). Jika dia tetap enggan, maka lemparkanlah ke bawah.” Maka para pengawal membawa anak muda ke bukit. Ketika mendaki, anak muda itu berdoa: “Ya Allah! Dengan cara yang Engkau hendaki, selamatkanlah aku daripada mereka.” Maka bergoyanglah bukit tersebut sehingga para pengawal tersebut jatuh ke bawah. Anak muda berjalan kembali menemui raja. Raja bertanya: “Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawa kamu?” Anak muda menjawab: “Allah menyelamatkan aku daripada mereka.”
Maka raja memerintahkan para pengawalnya yang lain: “Bawa dia ke tengah lautan, tawarkan kepadanya untuk kembali dari agamanya (kepada agama aku). Jika dia enggan maka tenggelamkanlah dia.” Ketika di bawa ke lautan, anak muda berdoa: “Ya Allah! Dengan cara yang Engkau hendaki selamatkanlah aku daripada mereka.” Maka kapal yang membawa mereka pecah sehingga tenggelam para pengawal (kecuali anak muda). Anak muda kembali menemui raja. Raja bertanya: “Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawa kamu?” Anak muda menjawab: “Allah menyelamatkan aku daripada mereka.”
Kemudian anak muda menambah: “Sungguh, kamu tidak akan dapat membunuh aku kecuali jika kamu melakukan apa yang aku suruh.” Raja bertanya: “Apakah itu?” Anak muda menjawab: “Kumpulkan semua orang di satu tanah lapang. Salib aku pada sebatang pokok dan ambillah sebilah anak panah dari kantungku. Letakkan ia di tengah-tengah busur dan katakan: “Dengan nama Allah, Rabb-nya anak muda ini” lalu kemudian panahlah aku. Niscaya kamu akan dapat membunuhku.”
Maka raja mengumpulkan semua rakyatnya di tanah lapang. Dia salib lah si anak muda pada sebatang pohon, lalu dia ambil sebilah anak panahnya dan diletakkan pada tengah-tengah busur. Kemudian raja berkata: “Dengan nama Allah, Rabb-nya anak muda ini!” lalu terus memanahnya. Anak panah itu tepat mengenai muka anak muda itu. Dia meletakkan tangannya pada mukanya, lalu meninggal dunia. Orang-orang yang hadir di situ serentak berkata: “Kami beriman kepada Rabb-nya si anak muda. Kami beriman kepada Rabb-nya si anak muda. Kami beriman kepada Rabb-nya si anak muda.”
Seorang penasihat berbisik kepada raja: “Lihatlah, apa yang tuan khawatirkan– demi Allah – kini benar-benar terjadi. Orang-orang telah beriman semuanya (kepada Allah, Rabb-nya si anak muda)!” Setelah itu raja memerintah agar dibuat parit di sekeliling tanah lapang itu. Setelah parit digali, api dinyalakan. Raja berkata: “Siapa yang tidak mau kembali dari agamanya (kepada agama aku), maka lemparkanlah dia ke dalam (parit yang dinyalakan api)!” Atau dikatakan: “Terjunlah ke dalamnya!”
Maka mereka semua (yang beriman kepada Allah) terjun ke dalam parit yang dinyalakan api tersebut. Sampai-sampai ada seorang perempuan yang bersama anaknya dihinggapi rasa ragu sama ada untuk memasukinya atau tidak. Lalu anaknya berkata: “Wahai ibu, bersabarlah! Sesungguhnya ibu berada di atas kebenaran (lalu akhirnya mereka terjun).” (HR Muslim)
Demikian kisah sang pemuda ahli tauhid pemberani ini, semoga kita bisa memetik pelajaran berharga.
Penulis: Amrullah Akadhinta, ST.
Artikel Muslim.Or.Id
Sumber : http://muslim.or.id/aqidah/kisah-pemuda-ahli-tauhid-yang-pemberani.html

Tuesday 7 October 2014

Adab Bertetangga



الحمد لله وحده ، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده ، وعلى آله وصحبه وبعد

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa ada interaksi dengan manusia lainnya. Maka, kehadiran tetangga dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim sangat dibutuhkan. Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
Artinya: “Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An Nisa: 36).
Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam juga bersabda,
مَا زَالَ يُوصِينِى جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Artinya: “Jibril senantiasa bewasiat kepadaku agar memuliakan (berbuat baik) kepada tetangga, sampai-sampai aku mengira seseorang akan menjadi ahli waris tetangganya” (HR. Al Bukhari no.6014).
Agama Islam menaruh perhatian yang sangat besar kepada pemeluknya dalam segala hal dan urusan. Mulai dari bangun tidur hingga akan tidur lagi, semua tidak luput dari ajarannya. Tak terkecuali dalam masalah adab. Berikut ini diantara adab-adab seorang muslim kepada tetangganya yang patut kita perhatikan.
Menghormati Tetangga dan Berperilaku Baik Terhadap Mereka
Diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya:Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (Muttafaq ‘alaih).
Berkata Al-Hafizh (yang artinya): “Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah mengatakan, ‘Dan terlaksananya wasiat berbuat baik kepada tetangga dengan menyampaikan beberapa bentuk perbuatan baik kepadanya sesuai dengan kemampuan. Seperti hadiah, salam, wajah yang berseri-seri ketika bertemu, memperhatikan keadaannya, membantunya dalam hal yang ia butuhkan dan selainnya, serta menahan sesuatu yang bisa mengganggunya dengan berbagai macam cara, baik secara hissiyyah (terlihat) atau maknawi (tidak terlihat).’” (Fathul Baari: X/456).
Kata tetangga mencangkup tetangga yang muslim dan juga yang kafir, ahli ibadah dan orang fasik, teman dan lawan, orang asing dan penduduk asli, yang memberi manfaat dan yang memberi mudharat, kerabat dekat dan bukan kerabat dekat, rumah yang paling dekat dan paling jauh. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam al-Fath (X/456).
Bangunan Rumah Kita Jangan Mengganggu Tetangga
Usahakan semaksimal mungkin untuk tidak menghalangi mereka mendapatkan sinar matahari atau udara. Kita juga tidak boleh melampaui batas tanah milik tetangga kita, baik dengan merusak ataupun mengubah, karena hal tersebut dapat menyakiti perasaannya.
Dan termasuk hak-hak bertetangga adalah tidak menghalangi tetangga untuk menancapkan kayu atau meletakkannya di atas dinding untuk membangun kamar atau semisalnya. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasul kita shallallahu ‘alaihi wassallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
لاَ يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِى جِدَارِهِ
Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kalian melarang tetangganya menancapkan kayu di dinding (tembok)nya” (HR.Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh hadits ini menurut riwayat beliau; Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462)).
Akan tetapi, diperbolehkannya menyandarkan kayu ke dinding tetangga dengan beberapa syarat,
pertama, tidak merusak atau merobohkan dinding tembok;
kedua, dia sangat membutuhkan untuk meletakkan kayu itu di dinding tetangganya;
ketiga, tidak ada cara lain yang memungkinkan untuk membangun selain menyandarkan kepada tembok tetangga.
Apabila salah satu atau sebagian dari ketentuan di atas tidak dipenuhi maka tetangga tidak boleh memanfaatkan bangunan dan menyandarkannya kepada tembok tetangganya karena akan menimbulkan mudharat yang telah terlarang secara syari’at, “Tidak boleh memberi bahaya dan membahayakan orang lain” (HR. Ibnu Majah (no.2340); dan Syaikh Al-Albani menshahihkannya (no.1910,1911)).
Memelihara Hak-hak Tetangga, Terutama Tetangga yang Paling Dekat
Diantara hak tetangga yang harus kita pelihara adalah menjaga harta dan kehormatan mereka dari tangan orang jahat baik saat mereka tidak di rumah maupun di rumah, memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan, serta memalingkan mata dari keluarga mereka yang wanita dan merahasiakan aib mereka.
Adapun tetangga paling dekat memiliki hak-hak yang tidak dimiliki oleh tetangga jauh. Hal ini dikutip dari pertanyaan ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, aku memiliki dua tetangga, manakah yang aku beri hadiah?’ Nabi menjawab,
إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ باَباً
‘Yang pintunya paling dekat dengan rumahmu’” (HR. Bukhari (no.6020); Ahmad (no.24895); dan Abu Dawud (no.5155)).
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam memerintahkan hal tersebut, diketahui bahwa hak tetangga yang paling dekat lebih didahulukan daripada hak tetangga yang jauh. Diantara hikmahnya adalah tetangga dekatlah yang melihat hadiah tersebut atau apa saja yang ada di dalam rumahnya, dan bisa jadi menginginkannya. Lain halnya dengan tetangga jauh. Selain itu, sesungguhnya tetangga yang dekat lebih cepat memberi pertolongan ketika terjadi perkara-perkara penting, terlebih lagi pada waktu-waktu lalai. Demikian penjelasan Al Hafizh dalam Fathul Baari (X/361).
Tidak Mengganggu Tetangga
Seperti mengeraskan suara radio atau TV, melempari halaman mereka dengan kotoran, atau menutupi jalan bagi mereka. Seorang mukmin tidak dihalalkan mengganggu tetangganya dengan berbagai macam gangguan.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan adanya larangan dan sikap tegas bagi seseorang yang mengganggu tetangganya. Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam menggandengkan antara iman kepada Allah dan hari Akhir, menunjukkan besarnya bahaya mengganggu tetangga. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka janganlah dia mengganggu tetangganya’”(HR. Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh hadits ini menurut riwayat beliau, Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462)).
Dan dalam Hadits lainnya, Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
وَاللَّه لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ
Artinya: “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari (no.6016)).
Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Artinya: “Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Muslim (no.46); Ahmad (no.8638); Al Bukhari (no.7818)).
Jangan Kikir untuk Memberikan Nasehat dan Saran kepada Mereka
Sudah seharusnya kita mengajak mereka agar berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasehat baik, tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekan mereka. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Tamim bin Aus Ad Dari radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wassallam bersabda, “Agama itu nasehat.” Kami (para shahabat) bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Artinya: “Untuk Allah, Kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin” (HR. Muslim (no.55); Ahmad (no.16493); an-Nasa’I (no.4197); dan Abu Dawud (no.4944)).
Dan nasehat untuk seluruh kaum muslimin adalah termasuk tetangga kita. Tujuannya untuk memberikan kebaikan kepada mereka, termasuk mengajarkan dan memeperkenalkan kepada mereka perkara yang wajib, serta menunjukkan mereka kepada al-haq (kebenaran). Hal ini dijelaskan dalam Kasyful Musykil mim Hadits ash-Shahihain karya Ibnul Jauzi (IV/219).
Memberikan Makanan kepada Tetangga
Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam bersabda kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ
Artinya: “Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur (daging kuah) maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu” (HR. Muslim). Adapun tetangga yang pintunya lebih dekat dari rumah kita agar lebih didahulukan untuk diberi.
Bergembira ketika Mereka Bergembira dan Berduka ketika Mereka Berduka .
Kita jenguk tetangga kita apabila ia sedang sakit, kita tanyakan kehadirannya apabila ia tidak ada, bersikap baik apabila kita menjumpainya, dan hendaknya sesekali kita undang mereka untuk datang ke rumah kita. Hal-hal seperti itu mudah membuat hati mereka luluh dan akan menimbulkan rasa kasih sayang kepada kita. Karena sebaik-baik manusia adalah yang akhlaknya paling baik. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam dan beliaulah manusia yang memiliki akhlak paling terpuji, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Bukhari (no.6035); Ahmad (no.6468); dan at-Tirmidzi (no.1975)).
Tidak Mencari-cari Kesalahan Tetangga
Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan tetangga kita. Jangan pula bahagia apabila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.
Sabar Atas Perilaku Kurang Baik Mereka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda (yang artinya): “Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah, … Disebutkan diantaranya: “Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah boleh kematian atau keberangkatannya” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Ketika kita berinteraksi dengan manusia, pasti ada suatu kekurangan atau perlakuan yang kurang baik dari sebagian mereka kepada sebagian yang lainnya, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Maka orang yang terzhalimi disunnahkan menahan marah dan memaafkan orang yang menzhaliminya. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf” (QS. Asy-Syuura: 37).
Dan juga Allah Ta’ala berfirman,
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali ‘Imran:134).
Firman Allah “Dan orang-orang yang menahan amarahnya” yaitu apabila mereka diganggu oleh orang lain sehingga mereka marah dan hati mereka penuh dengan kekesalan yang mengharuskan mereka membalasnya dengan perkataan dan perbuatan, akan tetapi mereka tidak mengamalkan konsekuensi tabi’at manusia tersebut (tidak membalasnya). Bahkan mereka menahan amarah lalu bersabar dan tidak membalas orang yang berbuat jahat kepadanya. Wallahu musta’an
Penyusun: Ambarwati D. Rutiana
Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
Maroji':
1. Terjemahan Kitaabul Adab, karya Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub
2. Terjemahan Adab al-Muslim fil Yaum wal Lailah, penyusun Departemen Ilmiah Darul Wathan
Artikel muslimah.or.id

7 Syarat Laa ilaaha illallah



Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al Abbad Al Badr hafizhahullah
الحمد لله وحده ، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده ، وعلى آله وصحبه وبعد
Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah memberi anda petunjuk kepada ketaatan dan taufiq untuk mencintai Allah, bahwa kalimat yang paling agung dan paling bermanfaat adalah kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah”. Ia adalah sebuah ikatan yang kuat dan ia juga merupakan kalimat taqwa. Ia juga merupakan rukun agama dan cabang keimanan yang paling utama. Ia juga merupakan jalan kesuksesan meraih surga dan keselamatan dari api neraka. Karena kalimat inilah, Allah menciptakan para makhluk dan menurunkan Al Kitab serta mengutus para Rasul. Ia juga merupakan kalimat syahadat dan kunci dari pintu kebahagiaan. Ia juga merupakan landasan dan pondasi agama dan pokok semua urusan.
{ شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } [آل عمران:18]
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al Imran: 18)
Dan nash-nash yang menerangkan mengenai keutamaan, keagungan dan urgensinya sangatlah banyak dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
وفضائل هذه الكلمة وحقائقها وموقعها من الدين فوق ما يصفه الواصفون ويعرفه العارفون وهي رأس الأمر كله
“keutaman-keutamaan kalimat ini, hak-haknya, kedudukannya dalam agama itu melebihi dari apa yang bisa disifati oleh orang-orang dan melebihi yang diketahui oleh orang-orang, dan ia merupakan pangkal dari semua urusan”
Ketahuilah saudaraku, semoga Allah memberi anda taufiq dalam ketaatan, bahwa kalimat “Laa ilaaha illallah” tidaklah diterima dari orang yang mengucapkannya kecuali ia menunaikan haknya dan kewajibannya serta memenuhi syarat-syarat yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Yaitu 7 syarat yang penting untuk diketahui oleh setiap Muslim dan penting untuk mengamalkannya. Betapa banyak orang awam yang jika mereka berkumpul lalu ditanya mengenai syarat-syarat ini, mereka tidak mengetahuinya. Dan betapa banyak juga orang yang sudah menghafal syarat-syarat ini, namun ia lepaskan seperti lepasnya anak panah, ia terjerumus dalam hal-hal yang bertentangan dengan syarat-syarat tersebut. Maka yang diharapkan adalah ilmu dan amal secara bersamaan, agar seseorang menjadi pengucap “Laa ilaaha illallah” yang sejati dan jujur dalam mengucapkannya. Dan menjadi seorang ahli tauhid yang sejati pula. Dan sungguh taufiq itu hanya di tangan Allah semata.
Dan salafus shalih terdahulu telah mengisyaratkan pentingnya syarat-syarat “Laa ilaaha illallah” dan wajibnya berpegang teguh padanya. Di antara perkataan mereka:
  • Riwayat dari Al Hasan Al Bashri rahimahullah, ketika ia ditanya: “orang-orang mengatakan bahwa barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah pasti akan masuk surga”. Al Hasan berkata:
    من قال « لا إله إلا الله » فأدَّى حقها وفرضها دخل الجنة
    barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, lalu menunaikan hak dan kewajibannya (konsekuensinya), pasti akan masuk surga
  • Al Hasan pernah berkata kepada Al Farazdaq, ketika ia menguburkan istrinya:
    ما أعددتَ لهذا اليوم ؟ قال : شهادة أن لا إله إلا الله منذ سبعين سنة، فقال الحسن : “نعم العدة لكن لـِ « لا إله إلا الله » شروطاً ؛ فإياك وقذف المحصنات
    apa yang engkau persiapkan untuk hari ini (hari kematianmu kelak)? Al Farazdaq berkata: syahadat Laa ilaaha illallah sejak 70 tahun yang lalu. Lalu Al Hasan berkata: iya benar, itulah bekal. Namun Laa ilaaha illallah memiliki syarat-syarat. Maka hendaknya engkau jauhi perbuatan menuduh zina wanita yang baik-baik
  • Wahab bin Munabbih ditanya, “bukanlah kunci surga itu adalah Laa ilaaha illallah?”, ia menjawab:
    بلى ؛ ولكن ما من مفتاح إلا له أسنان ، فإن أتيت بمفتاح له أسنان فُتح لك ، وإلا لم يُفتح لك ” ، يشير بالأسنان إلى شروط «لا إله إلا الله» الواجب التزامها على كل مكلف
    iya benar, namun setiap kunci itu pasti ada giginya. Jika engkau datang membawa kunci yang memiliki gigi, maka akan terbuka. Namun jika tidak ada giginya, maka tidak akan terbuka“.
    Beliau mengisyaratkan gigi dari kunci untuk memaksudkan syarat-syarat Laa ilaaha illallah yang wajib dipegang teguh oleh setiap mukallaf.
Dan syarat-syarat Laa ilaaha illallah ada 7 seperti sudah disebutkan, yaitu
  1. Al Ilmu (mengilmui), dalam menafikan dan menetapkan. Kebalikannya adalah Al Jahl (kebodohan).
  2. Al Yaqin (meyakini), kebalikannya adalah Asy Syak dan Ar Rayb (keraguan).
  3. Al Ikhlash (ikhlas), kebalikannya adalah Asy Syirku (syirik) dan Ar Riya’ (riya).
  4. Ash Shidqu (membenarkan), kebalikannya adalah Al Kadzabu (mendustakan).
  5. Al Mahabbah (mencintai), kebalikannya adalah Al Karhu (membenci).
  6. Al Inqiyadu (menaati), kebalikannya adalah At Tarku (tidak taat).
  7. Al Qabulu (menerima), kebalikannya adalah Ar Raddu (menolak).
sebagian ulama menggabungkan syarat-syarat ini dalam 1 baris bait :
علمٌ يقينٌ وإخلاص وصدقك مع محبة وانقياد والقبول لها
“ilmu, yakin, ikhlas, jujurmu disertai dengan cinta, patuh dan menerima”
dan sebagian ulama yang lain juga membuat bait
وبشروطٍ سبعة قد قُيِّدت وفي نصوص الوحي حقاً وَرَدَت
فإنه لم ينتفـع قائلـها بالنطق إلا حيث يستكمِلــها
العلـم واليقين والقبــولُ والانقيــاد فادرِ ما أقولُ
والصدق والإخلاص والمحبـة وفَّقـك الله لما أحبـــه
dengan tujuh syarat yang telah dibuat, yang diambil dengan benar dari nash-nash wahyu
maka tidaklah bermanfaat orang yang mengatakannya (Laa ilaaha illallah) dengan lisan, kecuali menyempurnakannya
ilmu, yakin, menerima, patuh, pahamilah apa yang saya katakan ini
jujur, ikhlas, cinta, semoga Allah memberimu taufiq pada apa-apa yang Ia cintai
Kemudian, kami akan jelaskan kepada anda penjelasan dari masing-masing syarat tersebut dengan menyebutkan dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah:

1. Al Ilmu (ilmu)

Al ilmu di sini makna yang dimaksudkan adalah ilmu dalam menafikan dan menetapkan. Hal ini karena anda menafikan semua jenis ibadah kepada seleuruh sesembahan selain Allah, dan menetapkan semua ibadah hanya kepada Allah semata. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } [الفاتحة:5]
hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5)
Maksudnya, kami menyembah-Mu semata yaa Allah, dan tidak menyembah selain-Mu, kami meminta pertolongan kepada-Mu yaa Allah dan tidak meminta pertolongan kepada selain-Mu. Maka orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” wajib mengilmui makna dari “Laa ilaaha illallah” itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman:
{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ } [محمد:19]
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah” (QS. Muhammad: 19)
Ia juga berfirman:
{إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [الزخرف:86]
kecuali mereka mengetahui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)” (QS. Az Zukhruf: 86)
Para ahli tafsir menjelaskan, maksud dari “illa man syahida” adalah ‘kecuali mereka yang mengetahui’ apa yang mereka syahadatkan tersebut oleh lisan dan hari mereka”. Dari Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu beliau berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, akan masuk surga

2. Al Yaqin (meyakini)

Al Yaqin menafikan syakk dan rayb (keraguan). Maknanya, seeorang meyakini secara tegas kalimat “Laa ilaaha illallah”, tanpa ada keraguan dan kebimbangan. Sebagaimana Allah mensifati orang Mukmin:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ } [الحجرات:15]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al Hujurat: 15)
Makna dari lam yartaabuu di sini adalah yakin dan tidak ragu.
Dan dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
syahadat bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan bahwasanya aku adalah utusan Allah, seorang hamba yang tidak meragukannya dan membawa keduanya ketika bertemu dengan Allah, akan masuk surga
Dan dalam Shahih Muslim, juga dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ
barangsiapa yang engkau temui di balik penghalang ini, yang bersyahadat laa ilaaha illallah, dan hatinya yakin terhadap hal itu, maka berilah kabar gembiranya baginya berupa surga

3. Al Ikhlas (ikhlas)

Al Ikhlas menafikan syirik dan riya’. Yaitu dengan membersihkan amal dari semua cabang kesyirikan yang zhahir maupun yang samar, dengan mengikhlaskan niat untuk Allah semata dalam seluruh ibadah. Allah Ta’ala berfirman:
{أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ} [الزمر:3]
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang ikhlas (bersih dari syirik)” (QS. Az Zumar: 3)
Ia juga berfirman:
{وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ} [البينة:5]
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah: 5)
Dan dalam Shahih Al Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku di hari kiamat kelak adalah orang yang mengatakan laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya

4. Ash Shidqu (jujur)

Ash Shidqu menafikan al kadzab (dusta). Yaitu dengan mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” secara jujur dari hatinya sesuai dengan ucapan lisannya. Allah Ta’ala berfirman ketika mencela orang munafik:
{ إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ } [المنافقون:1]
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta” (QS. Al Munafiqun: 1).
Karena orang-orang munafik mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” namun tidak secara jujur. Allah Ta’ala berfirman:
{ الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ } [العنكبوت:1-3]
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al Ankabut: 1-3).
Dan dalam Shahihain, dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ، إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
tidak ada seorang pun yang bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang hak selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dengan jujur dari hatinya, kecuali ia pasti diharamkan oleh Allah untuk masuk neraka

5. Al Mahabbah (cinta)

Al Mahabbah (cinta) menafikan al bughdhu (benci) dan al karhu (marah). Yaitu orang yang mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” wajib mencintai Allah, Rasul-Nya, agama Islam dan mencintai kaum Muslimin yang menegakkan perintah-perintah Allah dan menjaga batasan-batasannya. Dan membenci orang-orang yang bertentangan dengan kalimat “Laa ilaaha illallah” dan mengerjakan lawan dari kalimat “Laa ilaaha illallah” yaitu berupa kesyirikan atau kekufuran atau mereka mengerjakan hal yang mengurangi kesempurnaan “Laa ilaaha illallah” karena mengerjakan kesyirikan serta kebid’ahan.
Ini dalam rangka mengamalkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
أوثق عرى الإيمان الحب في الله والبغض في الله
ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah
Dan yang juga menunjukkan disyaratkannya mahabbah dalam keimanan adalah firman Allah Ta’ala:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ} [البقرة:165]
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah” (QS. Al Baqarah: 165).
Dan dalam Shahihain, dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ : أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Ada 3 hal yang jika ada pada diri seseorang ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selainnya, (2) ia mencintai seseorang karena Allah, (3) ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka

6. Al Inqiyad (patuh)

Al Inqiyad (patuh) menafikan at tarku (ketidak-patuhan). Orang yang mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” wajib untuk patuh terhadap syariat Allah dan taat pada hukum Allah serta pasrah kepada aturan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
{وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ } [الزمر:54]
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)” (QS. Az Zumar: 54)
Dan Ia juga berfirman:
{وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ} [النساء:125]
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya” (QS. An Nisaa': 125)
dan makna dari aslimuu dan aslama dalam dua ayat di atas dalah patuh dan taat.

7. Al Qabul (menerima)

Al Qabul (menerima) menafikan ar radd (penolakan). Seorang hamba wajib menerima kalimat “Laa ilaaha illallah” dengan sebenar-benarnya dengan hati dan lisannya. Allah Ta’ala telah mengisahkan kepada kita dalam Al Qur’an Al Karim kisah-kisah orang terdahulu yang telah Allah beri keselamatan kepada mereka karena mereka menerima kalimat “Laa ilaaha illallah”, dan orang-orang yang dihancurkan serta dibinasakan karena menolak kalimat tersebut. Allah Ta’ala berfirman:
{ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ} [يونس:103]
Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman” (QS. Yunus: 103).
Ia juga berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ} [الصافات:35-36] .
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”” (QS. Ash Shaafaat: 35-36)
Demikian. Hanya kepada Allah lah kita semua memohon taufiq agar dapat menegakkan kalimat “Laa ilaaha illallah” sebenar-benarnya baik dalam perkataan, perbuatan dan keyakinan. Sungguh Allah lah semata yang memberi taufiq dan petunjuk kepada jalan yang lurus.
وصلى الله وسلم وبارك وأنعم على عبد الله ورسوله نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Sumber: http://al-badr.net/muqolat/2575
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More