Seni Berdakwah Di Dunia Maya

[Oleh-oleh Seminar Internet Ethics, Ahad, 26 Januari 2014 di Ibnu Hajar Boarding School] pemateri : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, MA.

Keramahan di Tengah Kepedihan Perang di Suriah

Sejak zaman jahiliyyah, bangsa Arab sudah dikenal sebagai bangsa yang suka memuliakan tamu. Hingga kini, ketika tim relawanPeduli Muslim datang ke Suriah negara yang penduduknya dari bangsa Arab.

Adab Makan Penuh Barokah (2)

Keenam: Tidak menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai.

Ketemu @wifi_id Tapi belum Memiliki username dan password?

Sebagai operator layanan telekomunikasi yang berkomitmen terhadap penyediaan akses Internet broadband bagi masyarakat Indonesia, PT. Telekomunikasi Indonesia telah mencanangkan program Indonesia Digital Network (IDN) yang didalamnya termasuk pembangunan fasilitas 1 juta wifi di seluruh Indonesia yang diberi nama Indonesia WiFi atau disingkat @wifi.id. Layanan....

Wednesday 12 February 2014

Seni Berdakwah Di Dunia Maya


[Oleh-oleh Seminar Internet Ethics, Ahad, 26 Januari 2014 di Ibnu Hajar Boarding School]
pemateri : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, MA


Berdakwah merupakan perkataan yang paling mulia sebagaimana firman-Nya dalam surat Fushilat : 33

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri."

Dan walhamdulillah dibandingkan di dunia nyata, dakwah di dunia maya mempunyai beberapa kelebihan :
1. Murah, tidak mengeluarkan ongkos transportasi dan lain-lain kecuali untuk berlangganan internetnya
2. Lintas Waktu, artikel/posting seseorang bisa dibaca kapan saja
3. Tanpa beban perasaan, berbeda dengan dakwah di mimbar yang mungkin ada resiko yang berbeda
4. Lintas benua, artikel dakwah kita bisa dinikmati hingga penjuru dunia.

Agar dakwah kita di dunia maya berhasil maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

* Ikhlas antara pujian dan celaan

Yang paling penting sebelum berdakwah, adalah meluruskan niat karena Allah, bahwa kita berdakwah untuk mewarnai bukan diwarnai. Termasuk juga jangan ikut-ikutan memberi laqab, jika dari komentar-komentar kita karena ketidaksukaannya ada yang memberikan panggilan yang buruk kepada kita. Bila mereka memberikan komentar "dasar wahabi', "dasar jenggot', biarkan saja karena hal tersebut biasa dalam dakwah. Dulu Rasulullah shallalalhu 'alaihi wasallam pun juga sering diberikan gelar-gelar yang buruk seperti tukang sihir atau orang gila.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata :

وَمَا نِيلَ مِنْهُ شَيْءٌ قَطُّ، فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ، إِلَّا أَنْ يُنْتَهَكَ شَيْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

"Beliau [rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam] tidak pernah membalas suatu kesalahan yang dilakukan orang kecuali bila keharaman-keharaman Allah 'azza wajalla dilanggar, beliau membalas karena Allah 'azza wajalla." [HR. Muslim no. 2328, ] dan dalam riwayat al-Bukhary no. 6786 : 

وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ

"Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena kepentingan pribadi, dan jika kehormatan Allah dilanggar, beliau marah karena Allah."

Allah Ta'ala berfirman :

"وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." [QS. Fushilat : 34]

Ustadz Arifin Baderi mengisahkan ada orang yang selalu mencaci beliau, namun beliau bersabar menghadapinya dengan membalas "terima kasih telah mengunjungi FP / postingan saya", karena orang yang selalu mencari kesempatan untuk mencaci dalam komentar-komentar sebenarnya dia rindu kepada kita, walhamdulillah, seiring berjalannya waktu, lama-lama, dari orang tersebut kemudian berubah, dari cacian sekarang menjadi memberikan pujian...

Termasuk tanda bila kita sudah keluar dari dakwah yang seharusnya, bila :
- suka dengan pujian
- tujuannya sudah tidak lillah tapi ke-aku-an
- membalas makian dengan makian
Orang yang ikhlas berdakwah karena Allah, maka akan sama baginya antara dipuji atau pun dicaci. Ia tidak merasa untung dengan pujian atau pun rugi karena cacian. Ia tidak menanti pujian dan tidak gentar dengan makian. Bila kita tidak siap dimaki, maka jangan buka komentar, dikhawatirkan akan mengganggu keikhlasan.

* Kuasa Emosi Anda

Merupakan perkara yang susah dalam berdakwah, karena kita cenderung membalas dengan yang sama bahkan lebih.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha

أَنَّ الْيَهُودَ أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكَ قَالَ وَعَلَيْكُمْ فَقَالَتْ عَائِشَةُ السَّامُ عَلَيْكُمْ وَلَعَنَكُمْ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَهْلًا يَا عَائِشَةُ عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ وَإِيَّاكِ وَالْعُنْفَ أَوْ الْفُحْشَ قَالَتْ أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا قَالَ أَوَلَمْ تَسْمَعِي مَا قُلْتُ رَدَدْتُ عَلَيْهِمْ فَيُسْتَجَابُ لِي فِيهِمْ وَلَا يُسْتَجَابُ لَهُمْ فِيَّ

"Sekelompok orang Yahudi datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka mengucapkan; "As-Saamu 'alaika (Kebinasaan atasmu)." Beliau menjawab: 'Wa 'alaikum (Dan atas kalian juga).' Kemudian Aisyah berkata; 'As-Saamu 'alaikum wala'anakumullah wa ghadziba 'alaikum (Semoga kebinasaan atas kalian, dan laknat Allah serta murka Allah menimpa kalian).' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Pelan-pelan wahai Aisyah, hendaklah kamu berlemah lembut dan janganlah kamu kasar atau berkata keji.' Aku berkata; 'Apakah anda tidak mendengar apa yang diucapkan mereka? ' Beliau bersabda: 'Apakah kamu tidak mendengar ucapanku, sebenarnya aku tadi telah menjawabnya, maka do'aku atas mereka telah dikabulkan, sementara do'a mereka atasku tidak akan terkabulkan.' [HR. al-Bukhary no. 6401]

Perhatikan, bahwa Nabi shalallalhu 'alaihi wasallam membalasnya sekali dan sepadan, namun Aisyah radhiyallahu 'anha karena tidak bisa menguasai emosinya beliau membalas mendoakannya tiga kali. Padahal doa mereka (orang Yahudi) tidaklah dikabulkan, dan doa mukmin atas mereka dikabulkan. Dan pentingnya kelembutan dalam berdakwah bisa kita lihat di dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

“Sesungguhnya kelembutan tidak ada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali membuatnya rusak.”  [HR. Muslim no. 2594]

Perhatikan bagaimana Ali bin Abi Thalib bersikap terhadap mereka yang memeranginya, dalam Mushonnaf Abdurrazzaq nomor 18656, dari Al-Hasan :

 لَمَّا قَتَلَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْحَرُورِيَّةَ , قَالُوا: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَكُفَّارٌ هُمْ؟ قَالَ: «مِنَ الْكُفْرِ فَرُّوا» قِيلَ: فَمُنَافِقُونَ؟ قَالَ: «إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا وَهَؤُلَاءِ يَذْكُرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا» قِيلَ: فَمَا هُمْ؟ قَالَ: «قَوْمٌ أَصَابَتْهُمْ فِتْنَةٌ , فَعَمُوا فِيهَا وَصُمُّوا»

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu ditanya tentang al-haruriyah (khawarij), mereka bertanya, "Ya Amirul Mu'minin, apakah mereka itu orang-orang kafir?" Belia menjawab, "Mereka menjauhi kekufuran." Kemudian beliau ditanya, "Apakah mereka munafiq?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya orag munafiq itu tidak mengingat Allah kecuali sedikit, sedangkan mereka banyak mengingat Allah." Ditanyakan kembali, "Lalu siapakah mereka?" Beliau menjawab, "Mereka kaum yang terjerumus dalam fitnah, sehingga mereka itu tuli dan buta."

Di riwayat lain, ketika ditanya tentang yang memeranginya di perang Jamal, Ali radhiyallahu 'anhu berkata :

إخواننا بغوا علينا  

"Mereka masih saudara kita yang bertindak zhalim terhadap kita." [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 7/535]

Termasuk menguasai emosi adalah kita tidak melayani komentar-komentar ahlul bid'ah dan orang jahil. Termasuk kebodohan, jika kita akhirnya capek sendiri meladeni mereka terus menerus. Allah berfirman dalam surat al-Furqan ayat 63 :

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan."

* 3 x 3

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

ثلاثٌ مُنجِياتٌ : خَشيةُ اللهِ تعالَى في السِّرِّ والعلانِيَةِ ، والعدلُ في الرِّضا والغضَبِ ، والقصْدُ في الفقْرِ والغِنَى ، وثلاثٌ مُهلِكاتٌ : هوًى مُتَّبَعٌ ، وشُحٌّ مُطاعٌ ، وإِعجابُ المرْءِ بنفْسِهِ

"Tiga hal yang menyelamatkan : 
1. Takut kepada Allah di saat sunyi dan ramai
2. Berlaku adil di saat senang dan marah
3. Sederhana di saat miskin dan kaya

dan tiga hal yang membinasakan :
1. Hawa nafsu yang diikuti
2. Bersikap kikir
3. Membanggakan diri sendiri."
[Shahihul Jami' no. 3039]

* Persiapkan Baik-Baik

Persiapkan apa yang akan kita tulis, jangan asal tulis, jangan pernah menulis kecuali yang baik karena semuanya akann dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Azza wa Jalla. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika mengutus Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu ke Yaman, beliau bersabda :

إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ 

"Engkau akan mendatangi kaum ahli kitab." [HR. al-Bukhary no. 4347]

* Kenali Sasaran Anda

Pertimbangkan dahulu siapa saja yang akan membaca artikel/posting kita. Gunakanlah bahasa awam, bukan bahasa kajian. Jika bahasa kajian, maka hanya teman kita yang faham saja yang akan membacanya. Pertimbangkan juga efek dari tulisan kita, menimbulkan efek positifkah atau justru negatif. Juga hindari bahasa menyalahkan, sehingga timbul kesan "antum [kelompok antum] ini maunya benar sendiri.". Mendahulukan tarbiyah daripada tashfiyah. Ingat, bahwa status/artikel kita lebih mirip ibarat jala ketimbang pancing, yang semua ikan bisa masuk. Begitu juga yang membaca dakwah kita, dari orang yang masih jahil, hingga yang memusuhi dakwah.

Ali radhiyallahu 'anhu berkata :

حَدِّثُوا النَّاسَ، بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ، اللَّهُ وَرَسُولُهُ

"Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan rasul-Nya didustakan?" [HR. al-Bukhary no. 127] 

* Waspadai Opini Publik

Mewaspadai opini publik terutama dari saudara-saudara kita yang belum memahami dakwah sehingga menimbulkan image yang buruk. Lihat opini yang timbul di luar, "Tuh sesama ustadz saling menghajr."

Lihat kisah yang diberitakan oleh sahabat Jabir radhiyallahu 'anhu, suatu ketika dalam satu peperangan -sekali waktu Sufyan mengatakan; Dalam suatu perkumpulan pasukan- tiba-tiba seorang laki-laki dari kalangan Anshar mendorong seseorang dari Anshar, maka sang Anshar pun menyeru, "Wahai orang-orang Anshar." Dan sang Muhajir pun berkata, "Wahai orang-orang Muhajirin." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mendengar hal itu, maka beliau bersabda: "Kenapa panggilan-panggilan Jahiliyyah itu masih saja kalian lestarikan?" para sahabat pun berkata, "Wahai Rasulullah, seorang laki-laki dari kalangan Muhajirin mendorong seorang dari Anshar." Akhirnya beliau bersabda: "Tinggalkanlah, karena hal itu adalah sesuatu yang busuk." Abdullah bin Ubbay yang mendengar hal itu berkata, "Lakukanlah hal itu. Demi Allah, jika kita kembali ke Madinah, niscaya orang-orang mulia akan mengusir orang-orang hina darinya." Berita ungkapan itu pun sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian Umar berdiri, "Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk menebas leher seorang munafik ini." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

دَعْهُ لَا يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ  

"Biarkanlah ia, sehingga orang-orang tidak berkomentar bahwa Muhammad membunuh sahabatnya." 
[HR. al-Bukhary no. 4905, 4907, Muslim no. 2584]

Yang dimaksud manusia disini adalah orang-orang non muslim, karena di kalangan shahabat sendiri sudah mafhum bahwa Abdullah bin Ubbay adalah seorang munafik. Jadi yang dikhawatirkan adalah bagaimana opini dari Yahudi dan Nasrani seandainya Abdullah bin Ubay dibunuh... [Allahu a'lam]

* Hindari Umpatan dan Makian

Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan :

اسْتَأْذَنَ رَجُلٌ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ائْذَنُوا لَهُ بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ أَوْ ابْنُ الْعَشِيرَةِ فَلَمَّا دَخَلَ أَلَانَ لَهُ الْكَلَامَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْتَ الَّذِي قُلْتَ ثُمَّ أَلَنْتَ لَهُ الْكَلَامَ قَالَ أَيْ عَائِشَةُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ أَوْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ

"Seorang laki-laki meminta izin kepada nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam, beliau lalu bersabda: "Izinkanlah dia masuk, amat buruklah saudara 'Asyirah (maksudnya kabilah) ini atau amat buruklah Ibnul Asyirah (maksudnya kabilah) ini." Ketika orang itu duduk, beliau berbicara kepadanya dengan suara yang lembut, lalu aku bertanya; "Wahai Rasulullah, anda berkata seperti ini dan ini, namun setelah itu anda berbicara dengannya dengan suara yang lembut, Maka beliau bersabda: "Wahai 'A`isyah, sesungguhnya seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia karena takut akan kekejiannya." [HR. al-Bukahry no. 6131, Muslim no. 2591]

* Awas! Jangan Kacaukan Dakwah

Hindari bahasa menyerang, karena akan berhadapan dengan saudara sendiri, dan itu akan merugikan dakwah. Jangan sampai update status kita justru membuat orang lari dari dakwah.

'Uqbah bin 'Amr radhiyallahu 'anhu berkata :

 أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أَتَأَخَّرُ عَنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مِنْ أَجْلِ فُلَانٍ مِمَّا يُطِيلُ بِنَا فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ غَضَبًا فِي مَوْعِظَةٍ مِنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ لَمُنَفِّرِينَ فَأَيُّكُمْ مَا صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيَتَجَوَّزْ فَإِنَّ فِيهِمْ الضَّعِيفَ وَالْكَبِيرَ وَذَا الْحَاجَةِ

Seseorang mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; Aku sengaja melambatkan diri pada shalat shubuh karena si fulan yang memperlama shalatnya bersama kami. Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam begitu marah seperti saat itu, beliau bersabda; "Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya diantara kalian ada yang membuat orang lari. Siapa saja diantara kalian yang mengimami shalat hendaklah mempercepat karena diantara mereka ada yang lemah, tua dan punya keperluan." [HR. Ahmad no. 22344, menurut syaikh al-Arnauth sanadnya shahih sesuai syarat asy-Syaikhani]

* Pahami Syari'at Targhib & Tarhib

Proporsional dalam memotivasi (targhib) dan memberikan warning (tarhib), jangan langsung kita memberikan warning. 

Allah Ta'ala berfirman :

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[QS. An-Nisa : 165] 

Dalam tafsir ath-Thabari [juz 9 hal. 195] disebutkan  :

جاءت امرأة إلى عبد الله بن مُغَفّل، فسألته عن امرأة فَجرت فَحبِلت، فلما ولدتْ قتلت ولدها؟ فقال ابن مغفل: ما لها؟ لها النار! فانصرفت وهي تبكي، فدعاها ثم قال: ما أرى أمرَك إلا أحدَ أمرين:"من يعمل سوءًا أو يظلم نفسه ثم يستغفر الله يجد الله غفورًا رحيمًا"، قال: فَمَسحت عينها ثم مضت

Seorang wanita datang kepada Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu 'anhu, dia bertanya perihal wanita berzina kemudian hamil lalu ia membunuh anak hasil zinanya. Abdullah bin Mughaffal menjawab, " Apa untuknya? Untuknya neraka!" Wanita tersebut segera berpaling sambil terisak-isak menangis. Maka Abdullah bin Mughaffal memanggilnya kembali seraya berkata, "Tidaklah aku melihat urusanmu kecuali salah satu dari dua hal : "Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [an-Nisa' : 110] kemudian wanita tersebut mengusap matanya dan segera pergi.

Lihat juga hadits yang disampaikan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمُعاذٌ رَدِيفُهُ عَلَى الرَّحْلِ قَالَ يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قَالَ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ قَالَ يَا مُعَاذُ قَالَ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ ثَلَاثًا قَالَ مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُخْبِرُ بِهِ النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوا قَالَ إِذًا يَتَّكِلُوا وَأَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا

"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menunggang kendaraan sementara Mu'adz membonceng di belakangnya. Beliau lalu bersabda: "Wahai Mu'adz bin Jabal!" Mu'adz menjawab, "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Beliau memanggil kembali: "Wahai Mu'adz!" Mu'adz menjawab, "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Hal itu hingga terulang tiga kali, beliau lantas bersabda: "Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, tulus dari dalam hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan baginya neraka." Mu'adz lalu bertanya, "Apakah boleh aku memberitahukan hal itu kepada orang, sehingga mereka bergembira dengannya?" Beliau menjawab: "Nanti mereka jadi malas (untuk beramal)." Mu'adz lalu menyampaikan hadits itu ketika dirinya akan meninggal karena takut dari dosa." [HR. al-Bukhary no. 128]

Semoga bermanfaat

=============

Jakarta, 25 Rabi'ul Awwal 1435H
[bertepatan Senin, 27 Januari 2014]
Abu Aisyah Agung S

Maraji :
- Makalah seminar dari ustadz M. Arifin Baderi [Seni Berdakwah di Dunia Maya]
- Catetan yang tidak lengkap dan ingatan yang mudah lupa
- Maktabah Syamilah, ebook hadits, pustaka hadits 9 imam (lidwa)

Tuesday 11 February 2014

Keramahan di Tengah Kepedihan Perang di Suriah


Sejak zaman jahiliyyah, bangsa Arab sudah dikenal sebagai bangsa yang suka memuliakan tamu. Hingga kini, ketika tim relawan Peduli Muslim datang ke Suriah negara yang penduduknya dari bangsa Arab, kami mendapati sikap tersebut masih melekat pada diri mereka. Di antara warga Suriah yang kami kunjungi adalah Ummu Nadzir Al-Karum. Tujuan kami berkunjung adalah untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan, amanah dari kaum muslimin Indonesia yang dititipkan kepada kami.

Ummu Nadzir Al-Karum tinggal di pinggiran kampung ihsim, provinsi Idlib. Kami memandang beliau termasuk diantara warga yang layak di berikan bantuan, apalagi beliau telah kehilangan banyak anggota keluarga akibat perang. Namun, dengan segala keterbatasan yang beliau miliki, beliau tetap antusias menyambut tamu. Ketika kami dantang, beliau sedang memasak roti untuk persiapan berbuka bagi beliau dan kedua cucunya. Begitu melihat kami, beliau meminta kami untuk berbuka di rumah beliau. Begitulah sifat asli bangsa Arab yang sangat memuliakan tamu. Bahkan, di setiap rumah yang kami kunjungi di Suriah, selalu saja penghuni rumah mengajak kami untuk makan dirumahnya, baik di waktu berbuka puasa atau di di waktu makan yang lain.

Kemudian, sewaktu kunjungan di rumah Ummu Nadzir Al-Karum, kami memperoleh kisah yang beliau tuturkan.

Suatu hari diwaktu sore, dua putri beliau bersama dua anaknya sedang berada di halaman rumah. Tidak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara bummmm. Terdengar ledakan yang sangat keras. Lalu terlihat debu berterbangan, semuanya terdiam tanpa suara. Setelah debu mulai menipis, tampaklah empat mayat terkapar tepat di tengah-tengah rumah. Dua putri beliau dan dua cucunya diam tak bernyawa dengan tubuh terkoyak pecahan bom, penuh bersimbah darah. Inna lillahi wa inna ilaihi ro'jiun.

Sekarang beliau tinggal sebatang kara bersama dua cucu tersayang dirumah yang menjadi saksi bisu kekejaman rezim Bashar Al-Assad dan sekutunya dari kalangan Syiah Iran dan Hizbullah Lebanon (baca : Hizbusy-syaithon). Ketika kami menyerahkan bantuan uang santunan kepada beliau, mata beliau berkaca-kaca tak kuasa menahan rasa haru seraya lisannya mengatakan, Allah yu'tikum as-salamah wal-'afiyah. Ucapan doa ini terus beliau ulang beberapa kali sampai kami meninggalkan rumah beliau. Kami berjalan dengan hati pedih mendengar suara beliau. Air mata pun mengalir deras sulit untuk dicegah.

Disadur dari Kisah yang diceritakan Ustadz Abu Sa'ad (Relawan Peduli Muslim di Suriah)

Sumber : Majalah Kabar Dakwah | Edisi IX | Oktober-Desember 20213

Monday 10 February 2014

Adab Makan Penuh Barokah (2)


Keenam: Tidak menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَا عَابَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – طَعَامًا قَطُّ ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ ، وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sekali pun dan seandainya beliau menyukainya maka beliau memakannya dan bila tidak menyukainya beliau meninggalkannya (tidak memakannya).[1] Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Inilah adab yang baik kepada Allah Ta’ala. Karena jika seseorang telah menjelek-jelekkan makanan yang ia tidak sukai, maka seolah-olah dengan ucapan jeleknya itu, ia telah menolak rizki Allah.”[2]
Ketujuh: Makan secara bersama-sama dan tidak makan sendirian
Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamberkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ. قَالَ « فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ « فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ إِذَا كُنْتَ فِى وَلِيمَةٍ فَوُضِعَ الْعَشَاءُ فَلاَ تَأْكُلْ حَتَّى يَأْذَنَ لَكَ صَاحِبُ الدَّارِ.
Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.”[3] Ibnu Baththol berkata, “Makan secara bersama-sama adalah salah satu sebab datangnya barokah ketika makan.”[4]
Kedelapan: Tidak membiarkan suapan makanan yang terjatuh
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ
Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh, ambilah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkan suapan tersebut dimakan setan.”[5]
Kesembilan: Menjilat tangan sebelum mencuci atau mengusapnya
Lanjutan dari hadits Jabir sebelumnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلاَ يَمْسَحْ يَدَهُ بِالْمِنْدِيلِ حَتَّى يَلْعَقَ أَصَابِعَهُ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِى فِى أَىِّ طَعَامِهِ الْبَرَكَةُ
Janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya. Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.[6]
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Menjilat jari (seusai makan) adalah sesuatu yang disyari’atkan (dianjurkan). Alasannya sebagaimana yang disebutkan di akhir hadits, yaitu karena orang yang makan tidak mengetahui di manakah barokah yang ada pada makanannya. Makanan yang disajikan pada orang yang makan benar-benar ada barokahnya. Namun tidak diketahui apakah barokahnya ada pada makanan yang dimakan, atau pada makanan yang tersisa pada jari atau pada mangkoknya, atau pada suapan yang terjatuh. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seseorang memperhatikan ajaran ini agar ketika makan pun bisa meraih barokah. Pengertian barokah pada asalnya adalah bertambahnya dan tetapnya kebaikan serta mendapatkan kesenangan dengannya.”[7]
An Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa dibolehkan mengusap tangan dengan serbet, namun yang sesuai sunnah (ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam) dilakukan setelah menjilat jari.[8]
Kesepuluh: Memuji Allah dan berdo’a seusai makan
Di antara do’a yang shahih yang dapat diamalkan dan memiliki keutamaan luar biasa adalah do’a yang diajarkan dalam hadits berikut. Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ. غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.”[9]
Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum[10] An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.[11]
Kesebelas: Mendo’akan orang yang menyajikan makanan
Do’a yang bisa dibaca:
اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى
Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku][12]
Keduabelas: Mencuci tangan untuk membersihkan sisa-sisa makanan
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا بَاتَ أَحَدُكُمْ وَفِى يَدِهِ غَمَرٌ فَأَصَابَهُ شَىْءٌ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ
Jika salah seorang dari kalian tidur dan di tangannya terdapat minyak samin (sisa makanan) kemudian mengenainya, maka janganlah mencela kecuali kepada dirinya sendiri.”[13]
Moga dengan adab-adab yang kami sajikan ini, rutinitas makan kita bukan hanya ingin menguatkan badan saja, namun bisa bernilai ibadah dan mendapatkan barokah, yaitu kebaikan yang melimpah dari sisi Allah. Wallahu waliyyut taufiq.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
-Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat-
Panggang-GK, 29th Shafar 1432 H (2/2/2011)


[1] HR. Bukhari no. 5409.
[2] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 18/93
[3] HR. Abu Daud no. 3764. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[4] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 18/121
[5] HR. Muslim no. 2033
[6] HR. Muslim no. 2033
[7] Nailul Author, Muhammmad bin ‘Ali binn Muhammad Asy Syaukani, Idarotu Thoba’ah Al Maniriyah, 9/34
[8] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392, 13/204-205
[9] HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
[10] HR. Muslim no. 2734
[11] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/51.
[12] HR. Muslim no. 2055.
[13] HR. Ahmad 2/344. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.
Sumber : http://rumaysho.com/amalan/adab-makan-penuh-barokah-2-1552

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More