Seni Berdakwah Di Dunia Maya

[Oleh-oleh Seminar Internet Ethics, Ahad, 26 Januari 2014 di Ibnu Hajar Boarding School] pemateri : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, MA.

Keramahan di Tengah Kepedihan Perang di Suriah

Sejak zaman jahiliyyah, bangsa Arab sudah dikenal sebagai bangsa yang suka memuliakan tamu. Hingga kini, ketika tim relawanPeduli Muslim datang ke Suriah negara yang penduduknya dari bangsa Arab.

Adab Makan Penuh Barokah (2)

Keenam: Tidak menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai.

Ketemu @wifi_id Tapi belum Memiliki username dan password?

Sebagai operator layanan telekomunikasi yang berkomitmen terhadap penyediaan akses Internet broadband bagi masyarakat Indonesia, PT. Telekomunikasi Indonesia telah mencanangkan program Indonesia Digital Network (IDN) yang didalamnya termasuk pembangunan fasilitas 1 juta wifi di seluruh Indonesia yang diberi nama Indonesia WiFi atau disingkat @wifi.id. Layanan....

Thursday 3 December 2015

Syarah Hadits Arba'in An Nawawiyah Ke-2



بسم الله الرحمن الرحيم

الحديث الثاني
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَاب شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله، وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً قَالَ: صَدَقْتَ.فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِالله، وَمَلائِكَتِه، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِر، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثَ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ)


Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhu, dia berkata : “Ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, selanjutnya ia berkata, ‘Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.’ Orang itu berkata, ‘Engkau benar,’ kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang Iman’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusanNya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk’ Orang tadi berkata, ‘Engkau benar’ Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang Ihsan’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.’ Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang kiamat’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.’ selanjutnya orang itu berkata lagi,’Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ‘Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan.’ Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, ‘Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu’.”
[HR.Muslim no. 8]
Pelajaran penting dari hadis ini :
1. Penjelasan mengenai baiknya akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan beliau menyempatkan waktu duduk bersama para sahabatnya, begitu juga sebaliknya mereka senantiasa duduk dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Nabi tidak memandang dirinya istimewa dan lebih di atas mereka.
2. Bolehnya para murid duduk dekat gurunya dan orang yang lebih tua dari mereka dengan syarat tidak menyia-nyiakan waktu pada saat duduk dekat seorang guru dan orang yang lebih berilmu dari guru tersebut
3. Sesungguhnya para Malaikat ‘Alaihimus Salam terkadang menampakkan diri bukan dalam bentuk aslinya. Karena Jibril datang kepada Nabi dalam bentuk seorang pemuda sebagaimana dalam hadis.
4. Bolehnya bertauriyah (menggunakan ungkapan yang dipahami oleh pendengar namun si pembicara menyembunyikan makna yang dia inginkan) berdasarkan ucapan Malaikat Jibril : Wahai Muhammad ! Sedangkan panggilan ini biasanya digunakan oleh Arab dusun (yang kurang mengenal tata krama). Dalam kesempatan ini Jibril bertauriyah seolah-olah orang menganggap beliau termasuk Arab dusun. Karena kalau itu bukan tauriyah orang yang dikenal sebagai penduduk kota tidaakan memanggil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seprti ungkapan ini (langsung memanggil nama Nabi).
5. Keutamaan islam
6. Rukun islam ada 5 perkara
7. Keutamaan shalat, dan shalat ditempatkan di awal dibandingkan rukun lain setelah 2 kalimat syahadat.
8. Motivasi untuk mendirikan shalat, dan melakukannya adalah sebuah jalan yang benar dan lurus serta shalat adalah salah satu rukun islam.
9. Sesungguhnya menunaikan zakat, puasa ramadhan dan haji ke baitullah termasuk rukun islam begitu juga rukun islam yang lain.
10. Perpindahan dari bawah menuju yang lebih tinggi, maka islam jika dikaitkan dengan iman kedudukannya di bawah iman. Karena setiap manusia biasa saja berserah diri secara zhahir, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala -yang artinya- : “Orang-orang Arab badui itu berkata : Kami telah beriman. Katakanlah : Kalian belum beriman, tetapi katakanlah : Kami telah tunduk”.( Al-Hujurat : 14 ). Akan tetapi keimanan -Yaa Allah tetapkanlah keimanan kami- bukan perkara yang mudah, karena tempatnya di hati dan menciptakan sebuah keimanan yang benar sangat sulit.
11. Sesungguhnya islam berbeda dengan iman, karena Jibril ‘Alaihis Salam berkata : “Ajarkan aku tentang islam” dan juga : “Ajarkan aku tentang iman”. Dan ini menunjukkan adanya perbedaan.
12. Rukun iman ada 6 perkara, dan rukun ini menciptakan sebuah tuntuan kuat agar ta’at dan takut kepada Allah Azza Wa Jalla.
13. Orang yang mengingkari satu saja dari keenam rukun ini maka dia berada di jurang kekufuran, karena sama saja mendustai informasi dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
14. Menetapkan adanya wujud malaikat, dan wajib beriman kepadanya
15. Wajib beriman kepada seluruh para Rasul, seandainya ada orang yang beriman kepada seorang Rasul namun ia juga mengingkari Rasul lainnya maka hakikatnya ia tidak beriman kepada Rasul yang ia imani tadi, bahkan ia berada di tepi jurang kekufuran. Bacalah firman Allah ‘Azza Wa Jalla -yang artinya- : “Kaum Nuh telah mendustakan seluruh Rasul “.(As-Syu’ara : 105).
16. Menetapkan hari akhir yaitu kiamat yang akan menjadi tempat berkumpulnya manusia untuk bertanggungjawab dan balasan, di mana pada akhirnya penduduk surga akan berada di dalamnya, da penduduk neraka pun berada di dalamnya
17. Beriman kepada takdir yang baik dan buruk. Dan beriman kepada takdir merupakan medan pertempuran besar dari zaman sahabat sampai zaman kita ini.
18. Di dalam takdir tidak terdapat keburukan, sesungguhnya keburukan hanya terdapat pada objek takdir tersebut. Penjelasannya adalah bahwa takdir jika terkait dengan perbuatan Allah maka seluruhnya baik sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Dan keburukan tidak disandarkan kepada-Mu“(H.R Muslim). Maka ketentuan  Allah tidak akan terdapat keburukan selamanya, karena berasal dari rahmat dan hikmah-Nya. Sebab keburukan murni tidaklah terjadi kecuali dari munculnya kejahatan, sedangkan Allah subhanahu Wata’ala Zat Yang Maha Baik dan Maha Kekal.
19. Terjadinya kiamat tidak ada seorang pun yang tahu kecuali Allah Azza Wa Jalla, karena pada saat Rasul yang paling utama dari kalangan Malaikat (Jibril) bertanya kepada Rasul yang paling utama dari kalangan manusia tentang terjadinya kiamat, beliau (Nabi) menjawab : “Tidaklah yang ditanya lebih tahu dari yang bertanya (sama-sama tidak tahu)“.
20. Besarnya perkara kiamat, sehingga datang tanda-tandanya. Semua itu agar manusia memiliki persiapan menyongsongnya -semoga Allah memberikan anugerah kepada kami dan kalian persiapan yang baik dalam menghadapinya-.
21. Pada saat kita tidak mengetahui hakikat sesuatu maka kita mencari tanda-tanda hakikatnya. Karena Jibril ‘Alaihis Salam berkata : “Ajarkan saya tanda-tandanya“.
22. Permisalan yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Budak wanita melahirkan tuan puterinya“. Dalam riwayat yang lain “Melahirkan majikan puteranya“. Dan permisalan kedua : “Engkau melihat orang-orang tanpa alas kaki, bertelanjang dada dan miskin berlomba-lomba meninggikan bangunan.”
23. Sesungguhnya malaikat berjalan apabila mereka berubah wujud menjadi manusia, sebagaimana ucapan ‘Umar : “kemudian ia berlalu“.
24. Pertanyaan seorang guru kepada murid-muridnya terhadap perkara yang belum diketahui mereka, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Apakah kalian tahu siapa yang bertanya ?“.
25. Orang yang bertanya (orang ke-1) tentang ilmu menjadi seorang pengajar bagi orang yang mendengar jawaban ( orang ke-3) dari yang ditanya (orang ke-2). Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : ‘Sesungguhnya dia adlah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian“. Padahal yang mengajarkan agama kepada para sahabat adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun tatkala pertanyaan Jibril menjadi sebab, maka dialah yang menjadi pengajar.
26. Poin yang disebutkan di hadits ini adalah agama, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Dia mengajrkan agama kalian “. Akan tetapi tidak secara terperinci namun secara umum.
Terjemahan ini untuk mempermudah pemahaman bagi pemula. Sehingga tidak semuanya diterjemahkan karena sulit dipahamai bagi pemula. Oleh karena itu silahkan merujuk kitab asli bagi yang sudah mampu berbahasa arab
Wallaahu a'lam,
Referensi : Maktabah As syamilah (diamil dari kitab "Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyah" – Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)
Penerjemah : Ustadz Yunusallan


Tuesday 1 December 2015

Syarah Hadits Arba'in An Nawawiyah Ke-1



بسم الله الرحمن الرحيم

الحديث الأول
(عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ تعالى عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوله فَهِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَرَسُوله، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَو امْرأَة يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ)
 رواه البخاري  ومسلم

1. هذا الحديث أحد الأحاديث التي عليها مدار الإسلام
2.  أنه يجب تمييز العبادات بعضها عن بعض، والعبادات عن المعاملات لقول النبي صلى الله عليه وسلم: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
3. الحثّ على الإخلاص لله عزّ وجل
4. حسن تعليم النبي صلى الله عليه وسلم وذلك بتنويع الكلام وتقسيم الكلام، لأنه قال: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وهذا للعمل وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى وهذا للمعمول له.
5. أن الهجرة هي من الأعمال الصالحة لأنها يقصد بها الله ورسوله، وكل عمل يقصد به الله ورسوله فإنه من الأعمال الصالحة لأنك قصدت التقرّب إلى الله والتقرب إلى الله هو العبادة


HADITS PERTAMA :

Dari amirul mukminin Abi Hafs Umar bin Al-khaththab Radhiallahu Ta'ala 'Anhu beliau berkata : "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Sesungguhnya amal tergantung pada niat dan seseorang akan diberikan ganjaran sesuai dengan niatnya. Maka barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-nya. Dan barang siapa hijrahnya karena dunia atau wanita yang hendak ia nikahi. Maka hijrahnya sesuai apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari Muslim).

Pelajaran Penting dari Hadits ini :
  1. Hadits ini salah satu poros islam.
  2. Wajib membedakan ibadah satu dengan yang lainnya. Begitu juga wajib membedakan ibadah dengan mu'amalah berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam : "sesungguhnya amal tergantung niat".
  3. Motivasi untuk ikhlas (dalam beramal) hanya untuk Allah 'Azza Wa Jalla
  4. Baiknya metode pengajaran Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dengan menjadikan sebuah kalimat memiliki variasi ungkapan dan memiliki makna tersendiri dalam setiap uraian. Hal tersebut ditunjukkan dalam sabda beliau : "Sesungguhnya amal tergantung niatnya" maka ini terkait aktifitas perbuatan. Dan sabda beliau berikutnya "Sesungguh setiap orang mendapatkan balasan sesuai yang ia niatkan", maka ini terkait apa yang diperbuat atau objek dari perbuatan tersebut.
  5. Sesungguhnya hijrah adalah bentuk amal shalih, karena tujuan akhirnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan setiap amal yang dimaksudkan untuk Allah dan Rasul-Nya maka masuk kategori amal shalih. Karena engkau bermaksud mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan mendekatkan diri kepada Allah disebut ibadah.

Terjemahan ini untuk mempermudah pemahaman bagi pemula. Sehingga tidak semuanya diterjemahkan karena sulit dipahamai bagi pemula. Oleh karena itu silahkan merujuk kitab asli bagi yang sudah mampu berbahasa arab


Wallaahu a'lam, 


Referensi : Maktabah As syamilah (diamil dari kitab "Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyah" – Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)

Penerjemah : Ustadz Yunusallan

Tuesday 27 January 2015

Hijab Tempo Dulu


Berikut adalah kumpulan foto yang menunjukkan betapa mengakarnya praktek hijab syar’i di tengah kaum muslimah di berbagai penjuru dunia, yang diambil dari buku “Samudera Hikmah di Balik Jilbab Muslimah", karya Sufyan bin Fuad Baswedan, M.A. yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Inabah.

Mengenakan hijab yang sempurna-termasuk menutup wajah-adalah ajaran islam yang telah diamalkan turun temurun sejak belasan abad lalu di hampir seluruh dunia. Ia bukanlah budaya Arab atau ciri khas madzab dan golongan tertentu. Namun ia (hijab syar’i) merupakan ijma’ amali kaum muslimin di seluruh madzab.

Sebagaimana yang dapat dilihat dalam gambar-gamabr di album ini, kaum muslimat di Andalusia, Tunisia, Maroko, dan Libya adalah penganut madzab Maliki. Sedangkan mereka yang tinggal di Mesir dan Suriah separuhnya bermadzab Syafi’i, sedangkan warga Hadramaut dan Somalia bisa dikatakan 100% bermadzab Syafi’i. Adapun mereka yang tinggal di Kuwait dan Arab Saudi merupakan pengikut madzab Hambali. Sedangkan di Balkan, Turki, Kaukasus, India, Afghanistan, Pakistan dan Kasymir adalah pengikut madzab Hanafi. Ternyata mereka semua biasa mengenakan hijab yang menutupi seluruh tubuhnya, termasuk wajah.



Salah satu kota di Andalusia yang masih kental dengan nuansa islami hingga abad 20 adalah Vejer de La Frontera. Kota ini oleh orang Arab dikenal dengan nama Qaryat al Basyir, yang kemudian diserap dalam bahasa Spanyol menjadi Vejer. Ia masuk ke pangkuan kaum muslimin sejak tahun711 M, setelah ditaklukkan oleh Thariq bin Ziyad yang menang melawan Duke Rodriguez.




Para wanita kota Vejer senantiasa menjaga pakaian islami mereka sejak saat itu. Mereka masih memendam rasa malu yang tinggi, yang nyaris sirna saat ini. Mereka menjadi saksi akan kuatnya pengaruh peradaban Arab-Islami bagi warga Andalusia. Demikianlah tradisi wanita-wanita Andalusia sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Abu Hayyan Al-Andalusi dalam kitabnya: Al-Bahrul Muhieth.

Ajaibnya, tradisi berpakaian seperti ini tetap eksis hingga sekitar tahun 1960 M, saat dimana larangan berpakaian islami mulai diberlakukan. Akan tetaapi ia kembali muncul pada era 70-an. Yang lebih ajaib lagi, orang-orang Spanyol sendiri mengakui kemuliaan pakaian tersebut, dan bahwasanya ia menandakan akhlak luhur pemakainya. Karenanya, tak heran jika mereka membuat patung wanita berhijab di Vejer, untuk mengabadikan sosok muslimah yang mulia.

Sumber: http://objetivocadiz.lavozdigital.es/fotos-manuel-septiem-diez/anscentral-343593.html


‘Abdul ‘Aziz al-Azhamah (1856-1943), adalah salah satu sejarawan Syam yang menyaksikan negaranya antara sebelum dan ketika penjajahan Perancis. Dalam bukunya yang terkenal (مرآة الشام), beliau mencatat berbagai perubahan yang dialami masyarakat akibat penjajahan Nasrani tersebut. Salah satu catatn yang penting bagi kita adalah sebagai berikut (hal 74):
“Konon, tiap kali para wanita keluar dari rumahnya, mereka mengenakan sarung putih yang terjulur hingga telapak kaki. Mereka juga senantiasa menutup wajahnya dengan burka (sapu tangan) berwarna, yang tidak memmperlihatkan sesuatupun dari baliknya. Sosok mereka penuh dengan wibawa dan sopan santun. Tidak ada seorang pun yang berani mendekati mereka, walaupun dari kerabat sendiri. Sebab berbicara dengan lawan jenis di pasar konon dianggap aib”

(Dinukil dari artikel tulisan Syaikh Sulaiman bin Shalih al-Kharasyi, yang berjudul : 
(بدايات السفور في العالم الإسلامي (٥): سوريا), dari kolom beliau : http://www.saaid.net/Warathah/Alkharashy/m/42.htm)




Ini adalah foto-foto klasik yang menunjukkan bagaimana kebiasaan berpakaian muslimat Balkan. Semenanjung Balkan adalah sebuah daerah Eropa Tenggara yang luasnya mencapai 550.000 km2. Ia meliputi sejumlah negara seperti: Albania, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Yugoslavia, Kroasia, Serbia, Hongaria, Macedonia, Kosovo, dan sebagian Turki. Mayoritas negara Balkan tadi termasuk bagian dari Daulah ‘Utsmaniyyah sejak abad 16 M, hingga masa-masa perang dunia I.






Sebagaimana wilayah Eropa lainnya yang tepengaruh ajaran Islam, wanita Turki juga memakai hijab yang sempurna saat di luar rumah. Gambar sebelah kiri adalah foto empat orang wanita dengan hijab syar’inya di kota Adana, Turki, yang diambil pada bulan April 1909.

Gambar sebelah kanan adalah foto dua orang wanita Turki, salah satunya mengenakan hijab syar’i. Catatan pada foto ini menyebutkan bahwa hijab yang menyeluruh tetap menjadi pakaian asli wanita Turki, sampai ia dilarang oleh si antek yahudi: Mustapha Kamal Ataturk, lewat aturan-aturan pertama yang dibuatnya begitu ia merebut tampuk kekuasaan. 

(dinukil dari www.facebook.com/kingdom.of.niqab)



Dahulu, Uzbekistan adalah negeri muslim bersejarah yang berperadaban tinggi. Ia merupakan ngeri berpenduduk terbanyak di Asia Tengah (Turkistan). Sejumlah propinsinya cukup populer dalam sejarah islam, seperti Bukhara, Samarkand, Tashkand, dan Khawarizim. Propinsi-propinsi tadi telah menyumbangkan tokoh-tokoh khazanah dalam keilmuan islam. Sebuat saja Imam Bukhari, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i, al-Khawarizmi, al-Biruni, az-Zamakhsyari dan banyak lagi tokoh lainnya. Konon, wanita-wanita disana menggunakan sejnis hijab yang dikenakan dengan nama “Branji”, yang menutup seluruh tubuh dari atas sampai bawah.





Dahulu, Tunisia tak berbeda dengan negeri Islam lainnya. Kaum wanitanya taat menggunakan hijab syar’i. Mereka senantiasa menutup wajah dari laki-laki ajnabi , sampai pada masa jatuhnya negeri mereka ke tangan penjajah.


Kondisi wanita Lebanon –sebelum jatuh ke tangan penjajah Barat- tak jauh beda dengan wanita Arab lainnya yang akrab dengan hijab di luar rumah. Anda mungkin akan heran jika wanita Lebanon tempo dulu biasa menutup wajahnya dengan niqab. Bahkan Anda lebih heran lagi saat mengetahui bahwa kebiasaan ini juga berlaku bagi wanita nasrani di sana.

Seorang doktor Nasrani bernama Phillip Hitti dalam bukunya, Tarikh Lubnan (hal.516-518) menceritakan keadaan kota Beirut sebagai berikut:
“Selama 10 tahun sejak Mesir menduduki Suriah, pengaruh Barat semakin merasuk ke pedalaman Lebanon. Beirut pun menjadi pelabuhan utama, dan tetap demikian kondisinya sampai haari ini...”. Phillip melanjutkan, “Saat itu bukanlah pemandangan yang biasa bila ada seorang lelaki yang mengapit lengan wanita dengan ketiaknya di luar rumah. Jarang sekali terlihat orang-orang Eropa mengenakan pakaian ala Barat di jalan-jalan. Kalaupun ada wanita Barat-istri Dubes atau pengusaha- yang nekad keluyuran dari satu rumah ke rumah lainnya , pastilah akan menarik perhatian masyarakat. Tidak ada satu kota pun di Lebanon yang bisa menyaingi Beirut. Tripoli hanyalah kota kecil yang dihuni oleh 7 ribu jiwa. Sedangkan kota Saida telah kehilangan daya tarik dan keanggunannya. Adapun kota Sur tengah terlelap dalam tidur nyenyaknya sejak abad pertengahan. Di kota-kota tersebut, wanita Nasrani senantiasa menutup wajahnya dengan hijab, sebagaimana wanita muslimah”


Sekitar 30-40 tahun silam, bisa dikatakan bahwa seluruh wanita Kuwait tidak mengenal apa yang namanya ‘menyingkap wajah’. Mereka senantiasa taat mengenakan hijab syra’i termasuk niqab.

Dalam buku (الكويت زهرة الخليج العربي) hal 162-163, seorang tokoh Irak bernama Mahmud Bahjat Sinan, menulis kenangannya tentang Kuwait sebagai berikut:
“Wanita Kuwait hingga beberapa tahun silam, senantiasa mengenakan jilbab ketika keluar rumah. Jilbab itu berupa kain atasan yang sangat panjang dan ekornya terjulur ke tanah hingga satu meter. Hal itu demi memastikan bahwa kaki mereka tertutup saat berjalan, sebab mayoritas mereka lebih suka berjalan tanpa alas kaki, dan jarang menggunakan sandal atau teklek. Mereka juga senantiasa menutup wajahnya dengan cadar tebal yang memiliki dua celah kecil di bagian mata. Salah satu keistimewaan wanita kuwait adalah mereka demikian fanatik terhadap aturan agama, dan tidak mengenal tabarruj sama sekali...”

Lawrence Dionna adalah wartawati Swiss yang mengunjungi Kuwait tahun 1968, dan menulis kesan-kesannya dalam buku (المرأة في الكويت بين الحصير والمقعد الوٕثير ). Dalam hal 22, ia mengatakan, “Tiga puluh tahun lalu, semua wanita Kuwait selalu mengenakan niqab dan abaya. Sedangkan kerudung hitam tipis yang dikenal dengan istilah “busyiah”, mereka sisipkan dibalik niqab. Kebiasaan gadis-gadis kota menutup wajahnya masih berlaku di tengah keluarga-keluarga yang agamis”.

(Dinukil dari artikel tulisan Syaikh Sulaiman bin Shalih al-Kharasyi, yang berjudul : 
(الكويت: دايات السفور في العالم الإسلامي (٦), dari kolom beliau : http://www.saaid.net/Warathah/Alkharashy/m/72.htm)


Dalam artikel berjudul “Veiled Ladies in Syria (1854)”, penulisnya (pria Eropa non muslim) mengatakan sebagai berikut:
“There is another great difference between the general appearance in London and Damascus-viz., in the Eastern city, you see not the bright, joyous contenance of woman; she is deeply veiled. In Egypt she is enveloped from head to foot in a dark, and in Syria in a white sheet, which effectually obliterates all traces of shape, absolutely equalizes to the eye all ranks, age, and condotions, and suggest to the beholder the idea of a company of ghosts. During five years in the East, I never saw the face of a woman on the streets, nor did I ever see the face of a Mahommedan lady at all! I walked into the house of a Moslem on one occasion without having signified my approach, when the ladies, being unveiled, raised such shouts of terror ang indignations that I speedily made my way to the street again...”

(Artikel ini dipublikasikan oleh the New York Observer and Chronicle, [ http://blogs.commons.georgetown.edu/cs525-671project/long-long-history-of-veils/women-and-the-veil/veiled-ladies-in-syria-1854/]



Dalam buku (المجتمع المغربي كما عرفته خلال خمسين سنة، من عام ١٣٥٠-١٤٠٠ ه)
Prof. Muhammad bin Ahmad Asymagho menceritakan tentang strata masyarakat Maroko, mulai dari papan atas, menengah hingga fakir miskin. Kata beliau (hal 23), “Mengingat bahwa kaum wanita-dari ketiga strata tadi- senantiasa berhijab, dan tidak ada yang menampakkan dirinya di depan umum, baik yang cantik, biasa-biasa maupun yang buruk rupa; maka biasanya sang suami bersyukur kepada Allah atas pemberian ini. Ia akan memandang istrinya sebagai ratu walaupun dirinya telah mengenal seluk beluk kehidupan dunia seluruhnya, baik yang nampak maupun tersembunyi. Hal itu karena sang istri memiliki keistimewaan sebagai ‘rumah yang aman’ dan ‘teman perjalanan’ dalam mengarungi kehidupan. Istri juga berperan sebagai pembantu setia dalam menghadapi setumpuk kewajiban rumah tangga. Ia juga cukup sabar saat menghadapi kondisi yang sulit. Sehingga dengan demikian , sosok istri tadi tampak demikian berharga di mata para suami yang mulia.” (Dinukil dari artikel tulisan Syaikh Sulaiman bin Shalih al-Kharasyi, yang berjudul : 
(بدايات السفور في العالم الإسلامي (٥): المغرب), dari kolom beliau 


Kesabaran dan keuletan wanita Hadramaut memang mengagumkan. meski negeri mereka tergolong amat minim fasilitas, terbelakang dalam iptek, dan kering kerontang; mereka tetap memegang erat ajaran islam yang satu ini. Baik saat berada di sekolah, bekerja di ladang, maupun ketika menggembala ternak, hijab tak pernak mereka tinggalkan.

Dalam gambar ini mereka yang bekerja di ladang atau menggembala sengaja mengenakan topi anyaman berbentuk kerucut yang tingginya bisa mencapai setengah meter. Udara yang masuk lewat celah-celah anyaman tadi dapat memberi sedikit kesejukan bagi kepala pemakainya, saat dirinya berada di bawah terik matahari yang kadang mencapai 50 derajat celcius!
(sumber: [http://blog.daum.net/lonelyvagabond/15939644] dan [http://forums.fatakat.com/thread3367823])



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More